Berita Dan Peristiwa ,Politik Dana Mbojo

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Tak Layak Lagi Dapat Bantuan, Penerima PKH dan BPNT 2024 Tahap 1 Ini Dicoret dari DTKS

Pemerintah mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tahap 1 tahun 2024 menjelang Pemilu

Kamis, 30 November 2023

Mengingat Kembali Sejarah Kesultanan Bima serta Peninggalannya


Kesultanan Bima adalah salah satu kerajaan islam yang saat itu didirikan pada tanggal 6 Februari 1621. Raja Kesultanan Bima yang pertama merupakan raja ke 27 Kerajaan Bima yang bernama Lai Kai. Dalam sejarah Kesultanan Bima, sistem pemerintahannya sempat dipimpin oleh 14 sultan. Terkait asal usul hingga peninggalannya dapat anda simak sebagai berikut.

Asal Mula Berdirinya Kesultanan Bima

Kesultanan Bima terbentuk saat Raja Bima ke 27 yaitu Lai Kai mengubah pemerintahannya menjadi bentuk Kesultanan. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1621 dan berakhir masa pemerintahannya pada tahun 1958. 

Pada awalnya Kerajaan Bima bercorak Hindu yang didirikan pada abad ke 11. Pada saat itu Kerajaan Bima disebut juga sebagai Kerajaan Mbojo.

Kerajaan ini dibentuk oleh Sang Bima. Sesaat setelah terbentuknya kerajaan, Sang Bima pergi ke Kerajaan Medang sehingga ia meminta putranya yang bernama Indra Zamrud untuk memimpin Kerajaan Bima dan Indra Kumala menjadi pemimpin di Dompu. 

Awal Kerajaan Bima berubah menjadi bentuk kesultanan karena ada pengaruh dari para pedagang Kesultanan Demak.

Para pedagang yang singgah menyebarkan agama Islam sehingga sejarah Kesultanan Bima dimulai. Tokoh penyebar Islam di tanah Bima adalah Sultan Alaudin yang datang pada tahun 1619. 

Beliau mengutus para pemuka agama ke wilayah Kesultanan Lawu, Tallo, dan Bone. Lai Kai yang merupakan Raja Bima memeluk Islam pada tahun 1030 hijriyah. 

Lokasi Kesultanan Bima

Kesultanan Bima berpusat di Pulau Bima dan wilayah kekuasaannya meliputi bagian timur Sumbawa, Manggarai, dan beberapa pulau kecil di Selat Alas. Wilayah pemerintahannya berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Samudera Hindia. Lokasinya cukup strategis sebagai jalur perdagangan.

Pada tahun 1938, wilayah Kesultanan Bima sempat mengalami penyempitan akibat adanya perjanjian yang telah dibuat dengan Gubernur Hindia Belanda. 

Wilayah kekuasaan Kesultanan Bima bagian timur hanya sampai Manggarai dan sebelah barat adalah Dompu. Namun pada tahun 1928, Kesultanan Bima memperoleh kekuasaan Kerajaan Sanggar.

Raja dan Masa Kejayaan Kesultanan Bima

Awal mula terbentuknya Kesultanan Bima adalah saat La Kai memeluk Islam sehingga dia dinobatkan sebagai sultan pertama. Sejarah Kesultanan Bima sebenarnya sama seperti kesultanan yang lain karena Kesultanan Bima juga melalui banyak pergantian raja. 

Sultan Ismail menjadi salah satu sultan yang menjabat pada tahun 1819 hingga 1854. Sultan Bima yang terkenal selanjutnya adalah Sultan Abdul Kadim. Beliau menjadi sultan ke 8 Bima. 

Dirinya berkuasa sejak tahun 1765 dan diberlakukan berbagai aturan politik dan kerjasama dengan VOC. Sultan selanjutnya yang sempat memerintah adalah Sultan Abdul Hamdi. Beliau memimpin Kesultanan Bima mulai tahun 1773 M. 

Saat masa pemerintahan Sultan Hamid, seluruh kapal yang berlayar di sekirat Bima memperoleh izin dengan mudah. Sayangnya saat itu perdagangan Kesultanan Bima berada di bawah monopoli VOC. 

Sultan yang terkenal dari Kesultanan Bima adah Sultan Muhammad Salahuddin (1915 M). Beliau merupakan sultan yang dikenal karena membawa banyak perubahan.

Sultan Muhammad Salahuddin banyak mendirikan sekolah Islam, mengubah sistem politik dan pemerintahan. Serta membangun beberapa masjid di setiap desa yang berada di bawah Kesultanan Bima. Tak hanya itu, sistem peradilan juga dipertegas sesuai dengan peradilan Islam. Beliau juga berperang untuk memperjuangkan berdirinya Indonesia.

Peninggalan Kesultanan Bima

1. Istana Asi Mbojo

Dalam sejarah Kesultanan Bima, salah satu bukti peninggalannya adalah Istana Asi Mbojo. Istana ini sebelumnya telah didirikan pada tahun 1888 dan pada tahun 1929 kembali digunakan. Istana Mbojo adalah tempat tinggal para sultan yang memimpin Kesultanan Bima nersama dengan para keluarga dan kerabat kesultanan.

2. Istana Asi Bou

Tak hanya Istana Asi Mbojo, peninggalan Kesultanan Bima yang lainnya adalah Istana Asi Bou. Istana Asi Bou pada zaman dahulu merupakan tempat singgah bagi para sultan beserta keluarganya. Istana Asi Bou tak semegah Istana Asi Mbojo dan bentuknya adalah seperti rumah panggung dan dibangun dengan uang pribadi Sultan Salahuddin.

3. Masjid Sultan Muhammad Salahuddin

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin, masjid ini dibangun kembali. Pada awalnya, masjid ini sudah berdiri sejak pemerintahan Sultan Kadim namun kondisinya telah rusak parah karena memang telah dibangun sejak tahun 1737 M. Inilah yang menyebabkan nama masjid ini adalah Masjid Salahuddin.

4. Masjid Al Muwahiddin

Tah hanya Masjid Sultan Muhammad Salahuddin, terdapat pula sebiah masjid yang sempat menjadi salah satu saksi sejarah Kesultanan Bima. Masjid ini bernama Masjid Al Muwahiddin. 

Masjid ini dibangun pada tahun 1946 sebagai salah satu tempat ibadah dan tempat pembelajaran agama Islam untuk menggantikan Masjid Sultan Muhammad Salahiddin yang waktu itu rusak.

Demikianlah penjelasan terkait dengan kisah Kesultanan Bima. Kerajaan Bima yang awalnya tidak menganut agama Islam akhirnya berubah menjadi bentuk kesultanan setelah La Kai sebagai salah satu sultannya menganut Islam. Hal ini tentu menjadi bukti bahwa penyebaran Islam di Nusantara sangat luas hingga hanya tersebar di wilayah Jawa saja. 



SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

Rabu, 29 November 2023

Warga Tiga Desa di Bima NTB Bentrok, 1 Orang Terkena Panah


BIMA, - Sekelompok warga dari Desa Talabiu, Penapali dan Dadibou di Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), terlibat bentrok pada Kamis (23/11/2023) malam. Warga tiga desa tersebut saling serang menggunakan kayu, batu hingga senjata tajam (sajam). Satu orang warga Desa Talabiu bernama Arsyad terpaksa dilarikan ke rumah sakit akibat terkena anak panah. "Bentrokan ini buntut dari adanya kasus pembacokan kemarin, korbannya itu warga Desa Dadibou," kata Camat Woha Irfan saat dikonfirmasi, Kamis.

Irfan menjelaskan, pada Rabu (22/11/2023) dini hari warga Desa Dadibou bernama Mulyadin (35) menjadi korban pembacokan di sekitar Ponpes Al Maliki di Desa Talabiu. Atas kejadian itu warga Desa Dadibou kemudian menggelar aksi blokade jalan raya untuk mendesak polisi menangkap pelaku. Namun, karena minimnya saksi, polisi kesulitan mengungkap pelaku pembacokan yang dicurigai berasal dari Desa Talabiu. "Blokade jalan hari pertama sempat dibuka polisi setelah warga mendapat pemahaman bahwa kasus itu dalam proses penyelidikan," ujarnya.

Sehari berselang tepatnya pada Kamis (23/11/2023) sore, warga Desa Dadibou yang kecewa lantaran pelaku tak kunjung diungkap polisi kembali memblokade jalan raya.

Selain itu, mereka juga diduga membakar gudang tempat penyimpanan garam milik warga Desa Talabiu dan Penapali yang berada di batas desa. Buntut dari kejadian itu warga dari Desa Talabiu dan Penapali kemudian saling serang dengan warga Desa Dadibou.

"Karena ada pembakaran tempat penyimpanan garam itu sehingga terjadi aksi saling serang menggunakan senjata tajam," jelasnya. Menurutnya, ketegangan antar kelompok warga dari tiga desa ini berlangsung sekitar satu jam. Mereka membubarkan diri setelah anggota TNI dan Polri turun mengamankan lokasi. Kendati sudah kondusif, lanjut Irfan, aparat keamanan masih disiagakan di lokasi untuk mengantisipasi terjadinya bentrokan susulan. "Untuk satu warga yang terkena anak panah sekarang masih dirawat di rumah sakit Bima," ungkapnya.

Kapolsek Woha AKP Syaiful Anhar membenarkan adanya bentrokan warga dari tiga desa tersebut. Namun, ia belum bisa memberikan keterangan secara detail terkait persoalan ini karena masih berada di luar daerah. "Memang ada bentrokan itu, cuma saya belum bisa kasih penjelasan ini karena masih di Mataram," kata Syaiful Anhar.



SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

Jembatan Hanyut, Distribusi LPG 3 KG Tersendat

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More