Berita Dan Peristiwa ,Politik Dana Mbojo

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Tak Layak Lagi Dapat Bantuan, Penerima PKH dan BPNT 2024 Tahap 1 Ini Dicoret dari DTKS

Pemerintah mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tahap 1 tahun 2024 menjelang Pemilu

Tampilkan postingan dengan label DANA MBOJO. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DANA MBOJO. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Februari 2024

BPNT 2024 Cair Lewat Kantor Pos!! KPM Dapat Rp800 Ribu, Ada Tambahan Bansos BLT Mitigasi Cair?







Info Dana Mbojo - Mulai hari ini Rabu 7 Februari 2024 BPNT 2024 cair lewat Kantor Pos, ada KPM yang mendapat Rp800.000, namun apakah tambahan tersebut bansos mitigasi cair? 
Berikut ini akan kami sampaikan, terkait apakah ada tambahan bansos mitigasi cair pada BPNT 2024 cair kali ini, pasalnya ada KPM yang mendapat Rp800.000 Penyaluran bansos BPNT cair lewat Kantor Pos telah resmi dimulai hari ini, telah ada beberapa wilayah di Jawa Barat yang hari ini mulai mencairkan bansos tersebut. Hal tersebut terpantau melalui beberapa group pendamping bansos, yang mana untuk SP2D bansos PKH dan BPNT cair lewat Kantor Pos telah turun. Sehingga saat ini KPM hanya tinggal menunggu surat undangan pengambilan bansos dari Kantor Pos setempat. 

Sebelumnya, dana yang dicairkan pada tahap 1 awal tahun 2024 ini berbeda dengan sebelumnya, diantaranya yaitu : Bansos PKH cair lewat Kantor Pos dengan periode salur tiga bulan yaitu Januari - Maret, sehingga dana bansos yang nantinya akan diambil lewat Kantor Pos adalah :
  •  • Ibu hamil dan balita = Rp750.000 
  • • Lansia dan disabilitas = Rp600.000
  • • Anak sekolah SD = Rp225.000 
  • • Anak sekolah SMP = Rp375.000 
  • • Anak sekolah SMA = Rp500.000
 Sedangkan untuk pencairan bansos BPNT melalui Kantor Pos dicairkan dengan periode satu bulan, yaitu Januari 2024. Sehingga dalam pengambilan melalui Kantor Pos, nantinya KPM dapat mencairkan sebesar Rp200.000 

KPM Dapat Rp800.000, Apakah Ada Tambahan BLT Mitigasi?


 Namun bagi para KPM jangan khawatir , pasalnya nantinya beberapa KPM BPNT akan ada yang mendapatkan dana bansos sebesar Rp800.000 lewat Kantor Pos. Apakah ada bansos tambahan BLT Mitigasi? Bukan, pasalnya hingga saat ini BLT Mitigasi belum ada ketentuan kapan cair Untuk mengetahui kapan BLT Mitigasi Cair,

 silahkan simak artikel berikut :


KPM yang nantinya mendapat Rp800.000 adalah KPM Combo, yaitu KPM BPNT + PKH. Yang artinya nantinya KPM akan mencairkan dua bansos sekaligus. Yang mana Rp200.000 dari bansos BPNT dan yang Rp600.000 dari bansos PKH komponen kesejahreraan sosial yaitu Lansia atau disabilitas. Adapun KPM yang tidak termasui dalam daftar KPM Combo, maka tetap akan mencairkan sesuai dengan klasifikasi masing masing KPM.




SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

Sabtu, 03 Februari 2024

Gegara Tak Dipinjami Uang 25 Ribu, Pemuda Di Kota Bima Tega Tusuk Teman Sendiri











KOTA BIMA || Tim Opsnal Polsek Rasanae Barat Polres Bima Kota Bima Polda Ntb dibawah kendali Kapolsek Rasanae Barat AKP Sirajuddin, SH dan dipimpin langsung Katim Opsnal AIPDA Rahmansyah, SH mengamankan terduga pelaku penusukan yang terjadi di Lingkungan Sarata Kelurahan Paruga Kecamatan Rasnae Barat Kota Bima, Pada Senin (29/01/2024) Sekira pukul 21,00 Wita

Kapolsek Rasanae Barat AKP Sirajuddin, SH melalui Panit Binmas AIPDA Nanang Kurniawan, SH membenarkan peristiwa tindak pidana penusukan dan atau penganiayaan terhadap korban Inisial ED (23/L) pekerjaan swasta,  Alamat Kel. Paruga Kec. Rasanae Barat Kota Bima yang dilakukan Sdr. FP (22/L) swasta, beralamat sama dengan dengan korban.

Adapun kronologis kejadian pada awalnya, sdr ED lagi duduk-duduk bersama temanya, sdr AR (43) di ligkungan sarata Kel Paruga Kec Rasana’e Barat Kota Bima, tiba-tiba datang sdr FP menusuk sdr ED sebanyak 2 kali, sehingga mengalami luka robek dibawah paha kanan dan betis kanan, kemudian korban di bawa oleh sdr AR ke Puskesmas Paruga untuk mendapatkan perawatan medis.

Hasil pemeriksaan tim medis PKM Paruga, korban mengalami Luka robek di bagian paha kanan dan luka robek di bagian betis kanan.

Panit Binmas AIPDA Nanang Kurniawan, SH menjelaskan, Pada pukul 21.30 wita gabungan piket fungsi Polsek Rasanae Barat yang diPimpin oleh KSPK ll AIPDA AIPDA MAHYUDIN, beserta Team Opsnal Reskrim turun ke TKP atas aduan Korban, dengan tujuan mengamankan Pelaku untuk menghindari adanya hal-hal yang tidak diinginkan namun setelah sampai di TKP pelaku tidak ada di tempat sudah melarikan diri, pelaku berhasil diamankan setelah Team opsnal Reskrim Polsek Rasana’e Barat melakukan penyelidikan dan pendekatan dengan pihak keluarga pelaku.

Akibat adanya kejadian penganiayaan yang dialaminya Korban merasa keberatan dan melaporkan secara resmi ke pihak Kepolisian Polsek Rasanae Barat dengan No. ADUAN/ B/18/I/2024/SPKT/Sek.Rasanae Barat/ Res.Bima Kota /Polda NTB. dan selanjutnya Anggota Piket mengantar Korban ke Puskesmas Paruga Kec. Rasanae Barat Kota Bima untuk dilakukan Visum et efertum.

“Kejadian penusukan tersebut terjadinya akibat pelaku marah kepada korban karna tidak diberikan pinjaman uang Rp25.000 sehingga tega melakukan penusukan terhadap korban dengan menggunakan golok” pungkas Nanang.


🙏SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU🙏

Tinjau Kebakaran Matakando; HM. Rum, Pj. Wali Kota Bima Minta OPD Terkait Segera Respon Bantuan Tanggap Darurat Bagi Korban



Kebakaran terjadi Sabtu, 3 Februari 2024 di Kelurahan Matakando Kota Bima mengakibatkan sejumlah rumah mengalami kerusakan. Rumah-rumah tersebut dalam keadaan rusak berat sebanyak 3 unit, rusak sedang 1 unit dan rusak ringan sebanyak 1 unit.

 

Kondisi para korban yang rumahnya mengalami rusak berat saat ini dievakuasi oleh keluarga terdekatnya masing-masing di Kelurahan Matakando

 

H. Mohammad Rum, berkomitmen untuk memerintahkan OPD terkait untuk segera merespon keadaan warga korban kebakaran dengan mengerahkan berbagai bantuan guna menopang kondisi para korban. OPD dimaksud adalah Dinas Sosial, BPBD, dan Dinas Perkim Kota Bima.

 

Selama peninjauan lokasi kebakaran terungkap bahwa dugaan penyebab kebakaran di Matakando adalah adanya hubungan listrik arus pendek di salah satu rumah warga yang mengalami kebakaran.

Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan pada kejadian kebakaran ini, HM. Rum meminta agar warga lebih hati-hati memanfaatkan peralatan listrik rumah tangga agar kejadian serupa tidak berulang.

 

Lebih jauh, Ir. H. Mohammad Rum menjelaskan pentingnya pemerintah hadir ditengah korban kebakaran ini adalah untuk memberikan bantuan darurat, koordinasi respon yang efektif dan efisien, serta mendukung pemulihan jangka pendek dan jangka panjang, menciptakan rasa keamanan, dan memberikan edukasi pencegahan untuk masyarakat yang terdampak.

 

"Kunjungan ini adalah bentuk empati Pemerintah Kota Bima guna merespon kondisi warga yang mengalami musibah kebakaran. Kami pastikan bahwa para korban tidak akan ditinggal sendirian, akan tetapi Pemerintah Kota Bima akan terus berupaya untuk segera membantu pemulihan kondisi para korban sesegera mungkin," pungkas HM. Rum.





SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

Jumat, 02 Februari 2024

Titah Jokowi: Bansos Beras Buat 22 Juta Warga Lanjut Hingga Juni 2024



Jakarta, Info Dana Mbojo - Pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi memperpanjang penyaluran bantuan sosial (bansos) beras 10 kilogram sampai Juni 2024. Bansos disalurkan untuk menjaga stabilitas dan menanggulangi kenaikan harga pangan akibat fenomena perubahan cuaca.

"Program ini arahan Bapak Presiden. Kemarin dalam sidang paripurna meminta ini diperpanjang sampai bulan Juni. Jadi Bapak Ibu akan terima 10 kg beras setiap bulan sampai dengan bulan Juni," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto lewat siaran pers, dikutip Rabu (17/1/2024).

Penyaluran bansos beras ini akan menggunakan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE). Bansos akan disalurkan kepada 22 juta Penerima Bantuan Pangan (PBP) yang masing-masing akan menerima sebanyak 10 kilogram beras setiap bulan.

Baca Juga : Bansos PKH Cair 4 Kali, Ini Cara Cek Syarat Penerima & Besaran Dana

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meluncurkan program penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) untuk bantuan pangan tahun 2023 pada April lalu. CBP dikelola oleh Bulog berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 125/2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah.

Bansos ini telah disalurkan selama 3 bulan mulai Maret sampai Mei 2023 kepada 21,353 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Pemerintah kemudian memutuskan untuk menggelar kembali bansos pangan berupa beras 10 kg. Setelah periode pertama di Maret-Mei, periode kedua direncanakan pada bulan Oktober-Desember 2023.

Namun, pada 31 Agustus 2023 lalu, Presiden Jokowi mengumumkan penyaluran bansos beras 10 kg dipercepat menjadi mulai bulan September 2023 yang akan diberikan untuk 3 bulan.


Kamis, 01 Februari 2024

Satgas Preventif OMB Polres Bima Kunjungi Kantor dan Gudang Logistik KPU Dalam Rangka Pengamanan Pemilu 2024


Rabu,(31/01/24) pukul 22.00 WITA, Satgas Preventif Operasi Mantap Brata Rinjani 2023-2024 Polres Bima Polda NTB melaksanakan kunjungan ke Kantor dan Gudang Logistik Kantor Penyelenggara Pemilu (KPU) Kabupaten Bima.

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Ops Mantap Brata Rinjani 2023-2024 yang bertujuan untuk mengamankan proses pemilu yang akan datang pada (14/02/24).

Patroli pengamanan itu dikendalikan langsung oleh Kasatgas Preventif Operasi Mantap Brata Polres Bima Iptu Muhtar.

Selama pelaksanaan kegiatan, situasi dinyatakan dalam keadaan aman, dan proses pengecekan di seputar Gudang Logistik berlangsung dengan lancar.

Tidak terdapat hal-hal yang mencolok atau permasalahan yang signifikan selama patroli berlangsung.

“Tindakan preventif dan pengecekan terhadap Gudang Logistik dan Kantor KPU sangat penting untuk memastikan kelancaran dan integritas pemilu serta untuk meminimalkan potensi masalah keamanan yang dapat muncul selama proses pemilu,” ungkap Kapolres Bima AKBP Eko Sutomo, SIK.MIK melalui kasi humas Iptu Adib Widayaka.

Lanjutnya, Kapolres juga menekankan kepada seluruh personel untuk menjaga Netralitas dan tidak ikut politik praktis dalam bentuk apapun serta menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.








SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

Senin, 04 April 2022

Menyingkap Kisah Para Ncuhi di Dana Mbojo

Dana Mbojo Mantoi.  





Sebelum Bima memasuki era Kerajaan dan Kesultanan, dahulu kala kelompok masyarakat di berbagai wilayah “Dana Mbojo” atau dikenal dengan Bima di pimpin oleh kepala suku yang di sebut Ncuhi. Dalam pengertiannya Ncuhi adalah asal muasal kehidupan yang berada di Bima “Ncuhi Ade du dou ma dou, ina mpuuna ba weki, ma rimpa di siri wea nggawona, di batu wea lelena”. Artinya Ncuhi asal muasal manusia, ibu dari kita semua, tempat kita semua berlindung, untuk di ikuti petuahnya.

Ncuhi selain sebagai pemimpin kelompok masyarakat juga merupakan “High Priest” atau Pemuka Agama tertinggi di atas Sando (imam dan dukun dalam agama masayarakat Bima dulunya). Seorang Ncuhi di pilih dari seorang yang bijak dan berilmu oleh kelompoknya untuk memimpin mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Bouman, para Ncuhi itu pada hakekatnya adalah para tuan tanah yang berkuasa di wilayahnya masing-masing, yang kemudian dipersatukan oleh Maharaja Sang Bima menjadi satu kerajaan yang bercorak kehinduan. Seperti yang di kutip dalam Kerajaan Tradisional di Indonesia : Bima, 1997.

Dari berbagai wilayah Ncuhi juga mempunyai seorang pimpinan Ncuhi tertinggi yang memegang seluruh wilayah tertentu misalkan Ncuhi Banggapupa yang memegang wilayah Bima bagian Utara, sehingga dari semua Ncuhi yang bermukim di wilayah Utara jika ada masalah yang terjadi maka mereka akan menemui Ncuhi Banggapupa sebagai pemimpin tertinggi untuk melaporkan masalah dari wilayah mereka.

Para Ncuhi adalah para pemimpin yang memegang teguh musyawarah untuk membicarakan berbagai permasalahan dan perkembangan wilayah masing-masing. “Apabila ada persoalan yang perlu disimpulkan bersama, yang ada sangkut pautnya dengan kepentingan daerah bersama pula, maka berkumpulah mereka untuk memusyawarahkannya”, demikian tulis Ahmad Amin dalam Sejarah Bima. Sejarah Pemerintahan dan Serba Serbi Kebudayaan Bima.

Ncuhi juga mempunyai pimpinan tertinggi dari tiap wilayah masing-masing, para Ncuhi tertinggi ini hanya berjumlahkan 5 orang saja, yaitu :

1. Ncuhi Dara bagian Bima tengah.
2. Ncuhi Doro Wuni bagian Bima timur.
3. Ncuhi Banggapupa bagian Bima utara.
4. Ncuhi Parewa bagian Bima selatan.
5. Ncuhi Bolo bagian Bima barat.

Setelah masuknya era Kerajaan, tugas dan wewenang para Ncuhi tetap pada semula di tiap wilayahnya mereka. Seorang Putra Mahkota sebelum di angkat menjadi Raja, mereka terlebih dahulu di gembleng oleh Para Ncuhi tertinggi dan di ajarkan dari masing-masing keahlian yang di kuasai oleh Ncuhi untuk mengenal tanah leluhurnya.

Dalam kepercayaan masyarakat Bima bila para Ncuhi meninggal maka roh sucinya akan menjadi Waro yaitu roh leluhur yang menjaga mereka. Ncuhi sangat di hormati oleh masyarakat karena kewibawaan dan bijak, setelah masuknya Kerajaan, Kesultanan, hingga terbentuknya Indonesia, seorang Ncuhi tetap di angkat dari keturunan para Ncuhi yang sebelumnya. Di tahun 1983 seorang Antropology dari Universitas Of Pennsylvania yang bernama Peter Just saat meneliti tentang Donggo, dia masih bertemu dengan seorang Ncuhi terakhir di Donggo yang bernama La Honte.


SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU



Sejarah Dan Asal-Usul WADU NTANDA RAHI

SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU


Sejarah Dan Asal-Usul WADU NTANDA RAHI 


Mbojo Mantoi.  



Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang kesetiaan seorang istri kepada sang suaminya akhirnya menjadi batu, cerita ini berasal dari Dana Mbojo (Dompu / Bima) ~ Cerita legenda Wadu Ntanda Rahi diyakini banyak terdapat di seluruh pelosok Mbojo. Masyarakat Sanggar meyakini bahwa di sanalah tempat cerita Wadu Ntanda Rahi itu. Namun Inti atau hakikat ceritanya hanyalah satu yaitu tentang kesetiaan seorang istri dalam mengarungi bahtera hidup berumah tangga. Ia menjadi batu karena ingin mengabdikan cinta dan kesetiaannnya kepada sang Suami yang telah merantau dan tenggelam di lautan luas Pada suatu hari seorang istri yang sangat menyayangi sang suami, pergi keatas bukit gunung untuk melihat suaminya yang pergi berlayar… Tapi sebelum dia pergi ke atas bukit banyak orang-orang di tempatnya itu yang melarang dia untuk keatas sana namun dia tidak mendengarka nasehat dari orang-orang itu, malah menjalankan keinginannya itu untuk melihat suaminya walaupun banyak orang yang melarang, dia tidak perduli dengan semua itu………


~ Akhirya dia kesana denga keinginan yang tinggi karena semua ini yang dia lakukan adalah sebagai tanda pengabdian dan kesetiaan terhadap sang suami…. Setelah nyampe di atas bukit gunung dia berdiri dengan lelah, cemas, bahkan melamun sambil memikir dan melihat kearah tempat sang suaminya berlayar … Akhirya seorang istri itu berubah menjadi batu hingga sampai sekarang ini, entah apa kesalahan dan dosa yang dia perbuat sehingga dia bisa berubah menjadi batu … Mulai waktu itulah orang-orang disekitar itu memberi nama kepada batu tadi dengan Wadu Ntanda Rahi ( Batu Memandang Suami)


wadu: batu


ntada: melihat/memandang


rahi: suami


dana: tanah/daerah


mbojo: Bima


Bima adalah salah satu Kabupaten diujung timur Pulau Sumbawa Propnsi Nusa Tenggara Barat.

Rabu, 24 Januari 2018

Sejarah Dan Asal Usul Daerah Dana MBOJO ( BIMA)

Suatu daerah pasti mempunyai asal usul tersendiri, budaya, dan sejarah masing-masing. begitu juga pun dengan Daerah BIMA yang dulu pernah merupakan sebuah kerajaan yang swapraja selama lima atau enam abad sebelum lahirnya Republik Indonesia. Sejarah kerajaan Bima hanya diketahui secara dangkal, disebabkan terutama karena pemerintah Belanda boleh dikatakan tidak menaruh minat terhadap Bima, asal keamanan dan ketertiban tidak terganggu. Namun dari Dua sumber lain dapat ikut menjelaskan perkembangan sejarah Bima.
PERTAMA, ilmu arkeologi yang selama ini hanya mengungkapkan segelintir peninggalan yang terpisah-pisah. Namun ilmu arkeologi itulah yang barangkali akan berhasil menentukan patokan-patokan kronologi terpenting dari masa prasejarah sampai masa Islam.
KEDUA, sejumlah dokumen dalam bahasa Melayu yang ditulis di Bima antara abad ke-17 sampai dengan abad 20. Bahasa Bima merupakan bahasa setempat yang dipakai sehari-hari di Kabupaten Bima dan Dompu (NGGAHI MBOJO). Bahasa tersebut jarang, dan sejak masa yang relatif muda, digunakan secara tertulis. Beberapa teks lama yang masih tersimpan dalam bahasa tersebut, tertulis dalam bahasa Arab atau Latin. Tiga jenis aksara asli Bima pernah dikemukakan oleh pengamat-pengamat asing pada abad ke-19, tetapi kita tidak mempunyai contoh satu pun yang membuktikan bahwa aksara tersebut pernah dipakai. Oleh karena itu bahasa Bima rupanya tidak pernah menjadi bahasa tertulis yang umum di daerah tersebut. Pada jaman dahulu, bahasa lain pernah digunakan.
Dua prasasti telah ditemukan di sebelah barat Teluk Bima,satuagaknya dalam bahasa Sanskerta, yang lain dalam bahasa Jawakuno.Selanjutnya bahasa Makassar dan bahasa Arab kadang- kadang dipakai juga.Ternyata sejak abad ke-17 kebanyakan dokumen tersebut resmi ditulis di Bima dalam Bahasa Melayu.
Tulisan di atas dikutip dari buku Kerajaan Bima dalam Sastra dan Sejarah, karya Henry Chambert-Loir penerbit Kepustakaan Populer Gramedia,Jakarta, 2004.
Bima di bagi dalam 4jaman,yaitu JAMAN NAKA (Prasejarah),
jaman Ncuhi (Proto Sejarah),
jaman Kerajaan (Masa Klasik), dan JAMAN KESULTANAN (Masa Islam).
1.JAMAN NAKA (Prasejarah) Kebudayaan masyarakat Bima pada jaman Naka masih sangat sederhana. Masyarakat belum mengenal sistem ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian,peternakan, pertukangan atau perindustrian serta perniagaan dan pelayaran. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka mencari dan mengumpulkan kekayaan alam yang ada di sekitarnya seperti umbi- umbian, biji-bijian dan buah-buahan. Selain mencari dan mengumpulkan makanan untuk kebutuhan sehari-hari, mereka juga sudah gemar berburu. Dalam istilah ilmu arkeologi,karena mereka mengumpulkan makanan dari hasil kekayaan alam disebut masyarakat pengumpul(Food Gathering). Kehidupan masyarakat pada jaman Naka(Prasejarah) selaluber pindah- pindah dari suatu tempat ke tempat lain.Masyarakat pada jaman Naka sudah mengenal agama atau kepercayaan. Kepercayaan yang meraka anut pada masa itu disebut Makakamba dan Makakimbi,yang dalam ilmu sejarah disebut kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Menurut kayakinan merekapada masa itu,alam beserta isinya diciptakan oleh Maha Kuasa, disebut Marafu atau Tuhan.Marafu tersebut merupakan tempat semayam di mata air, pohon-pohon besar atau batu-batu besar. Dan tempat untuk bersemayamnya Marafu tersebut Parafu Ro Pamboro. Pada saat itu juga mereka melakukan upacara pemujaan terhadap Makakamba Makakimbi di tempat bersemayamnya Parafu yaitu Parafu Ro Pamboro. Upacara yang mereka lakukan disebut “TohoDore”. Dalam upacara tersebut dibacakan mantra atau do’a serta persembahan dan dalam tradisi upacara“TohoDore” diberikan berupa sesajen dan penyembelihan hewan. Upacara tersebut dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut Naka. Naka adalah bukan hanya sebagai seorang pemimpin agama tetapi Naka juga merupakan pemimpin dalam kehidupan sehari-hari. Naka tersebut sangat dihormati, sehingga masyarakat pada masa itu, selain menyembah Marafu, mereka juga sangat menghormati arwah leluhur terutama arwah Naka.Masyarakat pada masa itu, sangat menjunjung tinggi asas Mbolo Ro Dampa (Musyawarah) dan Karawi Kaboju(Gotong Royong). Segala sesuatu selalu di musyawarahkan.
2.Jaman Ncuhi (Proto Sejarah) Demikian jaman Naka berakhir, masyarakat Bima memasuki jaman baru,yaitu jaman Ncuhi. Pada jaman Ncuhi, sekitar abad ke 8M, masyarakat Bima mulai berhubungan dengan para pedagang dan musafir yang berasal dari daerah lain. Para pedagang dan musafir itu berasal dari Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera dan Ternate.Pada saat itulah masyarakat Bima sudah mengenal sistem ilmu pengetahuan dan teknologi,pertanian,peternakan, pertukangan dan pelayaran serta perniagaan. Sejak itulah keadaan Dana Mbojo sudah mulai berubah dan masyarakat sudah mulai tinggal menetap dan mendirikan rumah.Sehingga lahir adanya Kampung, Kota dan Desa.Keadaan dou Labo Dana (Rakyat dan Negeri) mulai berkembang, seperti diibaratkan sebagai sebatang pohon yang mulai Ncuhi atau Ncuri(yang mulai Bertunas dan Berkuncup), karena itu,jaman awal kemajuan maka disebut jaman Ncuhi. Dan pemimpin mereka pada saat itu disebut Ncuhi.Sehingga Ncuhi bukan hanya sebagai pemimpin pemerintahan, tetapi Ncuhi juga sebagai pemimpin agama.Pada masa Ncuhi, masyarakat masih menganut terhadap kepercayaan Makakamba dan Makakimbi. Walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang,namun Ncuhi bersama rakyat tetap memegang teguh asas MboloRo Dampa dan Karawi Kaboju.Ncuhi tetap berlaku adil dan bijaksana.Maka, Ncuhi harus berperan sebagai“Hawo Ro Ninu” rakyat (Pengayom dan Pelindung rakyat)dan Ncuhi juga harus memegang teguh falsafah Maja Labo Dahu (Malu dan Takut). Kian lama masyarakat Bima melakukan hubungan dengan para pedagangdan musafir dari daerah luar semakin intim. Sehingga para pedagang dan musafir dari seluruh pelosok nusantara, terutama para pedagang dan musafir dari Jawa Timur semakin bertambah. Para pedagang dan musafir dari Jawa Timur mendirikan perkampungan di pesisir Barat Teluk Bima,yaitu desa Sowa Kecamatan Donggo sekarang. Sampai sekarang bekas pemukiman mereka masih dapat disaksikan sebagai peninggalan sejarah atau dalam istilah ilmu arkeologi yaitu disebut situs yang oleh masyarakat diberi nama Wadu Pa’a (Batu Pahat). Salah seorang tokoh pedagang dan musafir Jawa Timur yang terkenal pada saat itu yaitu bernama Sang Bima. Sang Bima tersebut menjalin hubungan persahabatn dengan para Ncuhi, yaitu ncuhi Dara. Dengan keadaannya masyarakat Bima sekian lama semakin maju. Kehidupan masyarakat semakin bertambah makmur dan sejahtera dan mereka hidup rukun dan damai. Tetapi asas Mbolo Ro Dampa dan Karawi Kaboju tetap di amalkan dan falsafah Maja Labo Dahu tetap dijunjung tinggi. Untuk meningkatkan persatauan dan kesatuan, seluruh Ncuhi mengadakan Mbolo Ro Dampa di sebuah Babuju di wilayah Ncuhi Dara Dalam keputusan Mbolo Ro Dampa :
Masyarakat dan seluruh Ncuhi, mengangkat Ncuhi Dara sebagai pemimpin masyarakat Bima. Ncuhi Parewa diangkat menjadi pemimpin di wilayah Selatan, yaitu di kecamatan Belo, Woha dan Monta sekarang. Ncuhi Bangga Pupa diangkat menjadi pemimpin di wilayah Utara, yaitu di kecamatan Wera sekarang. Ncuhi Bolo diangkat menjadi pemimpin di wilayah Barat, yaitu di kecamatan Bolo dan Donggo sekarang. Ncuhi Doro Woni diangkat menjadi pemimpin di wilayah Timur, yaitu di kecamatan Wawo dan Sape sekarang.
Gabungan dari seluruh wilayah Dana Mbojo, diberi nama Babuju. Sesuai dengan nama tempat dalam Mbolo Ro Dampa. Nama Mbojo berasal dari kata Babuju.
3.Jaman Kerajaan(Masa Klasik) Sebelum langsung terjadinya ke jaman kerajaan, menurut dalam cerita legenda dalam kitab BO (catatan kuno kerajaan Bima) bahwa Sang Bima pertama kali berlabuh di pulau Satonda, kemudian bertemu dengan seekor naga bersisik emas. Sang naga melahirkan seorang putri dan kemudian diberi nama putri Tasi Sari Naga. Sang Bima menikahi putri TasiSari Naga dan melahirkan dua orang putra yang bernama Indra Zamrud dan Indra Kumala. Kedua putra Sang Bima tersebut kelak menjadi cikal bakal keturunan raja-raja Bima. Setelah Sang Bima bertemu dengan putri Tasi Sari Naga yang merupakan seorang putri dari penguasa setempat (Ncuhi) di pulau Satonda, sejak itu Bima mempunyai hubungan nyata dengan pulau Jawa. Sang Bima juga diduga seorang bangsawan Jawa.Bima tercatat dalam kitab Negara kertagama, wilayah kekuasaan Majapahit. Sebelum mendirikan kerajaan, semua Ncuhi membentuk kesatuan wilayah di bawah pimpinan Ncuhi Dara. Selama puluhan tahun Sang Bima berada di Jawa Timur, Sang Bima mengirim dua orang putranya, yaitu Indra Zamrud dan Indra Kumala. Indra Zamrud dijadikan anak angkat oleh Ncuhi Dara sedangkan Indra Kumaladi jadikan anak angkat oleh Ncuhi Doro Woni. Kemudian semua Ncuhi melakukan Mbolo Ro Dampa untuk menentukan sebagai pemimpin atau raja di Bima dan Dompu. Hasil kesepakatan dari semua Ncuhi, Indra Zamrud dijadikan sebagai sangaji atau raja di Bima sedangkan Indra Kumala dijadikan sebagai sangaji atau raja di Dompu. Indra Zamrud di Tuha Ro Lanti atau dinobatkan menjadi sangaji atau raja pertama di Bima. Setelah Indra Zamrud memiliki ilmu pengetahuan dalam pemerintahan.Maka, berakhirlah jaman Ncuhi dan masyarakat Bima memasuki jaman baru, yaitu jaman kerajaan. Dalam kepemimpinan bukanlah dipegang oleh Ncuhi, tetapi dipegang oleh sangaji atau raja. Sejak berdirinya kerajaan sekitar pertengahan abad 11 M, dana Mbojo memiliki dua nama, yaitu nama Mbojo dan Bima. Masa pertumbuhan masa kerajaan Bima, setelah dilantik menjadi sangaji atau raja, untuk membangun kerajaan, Indra Zamrud dibantu oleh para Ncuhi, terutama Ncuhi Dara, Ncuhi Parewa, Ncuhi Bolo, Ncuhi Bangga Pupa dan Ncuhi Doro Woni. Nama jabatan pada masa kerajaan terebut yaitu jabatan seperti Tureli Nggampo atau Ruma bicara (Perdana Menteri), Tureli (Menteri), Rato Jeneli, Gelerang dan Jabatan lain yang mulai populer pada masa sangaji Manggampo Donggo. Tureli Nggampo atau Ruma bicara yang terkenal, yaitu bernama Bilmana.
4.Zaman Kesultanan(Masa Islam) Peristiwa-peristiwa dalam menjelang berdirinya masa kesultanan Bima, kerajaan mengalami kekacauan. Singkat dari cerita legenda, Salisi salah seorang putra sangaji Ma Wa’a Ndapa, karena ingin menjadi sangaji. Ia membunuh sangaji Samara dan jena Teke Ma Mbora Mpoi Wera. Dan Salisi juga mencoba berusaha ingin membunuh Jena Teke La Ka’i yang merupakan putra dari sangaji Asi Sawo. Sehingga Jena Teke La Ka’I terpaksa meninggalkan istana. Setelah dalam kerajaan Bima mengalami kemunduran kemudian muncul dengan kedatanganya masa Islam. Dengan kedatangannya masa Islam dapat mempengaruhi dengan berakhirnya masa kerajaan menjadi lahirnya masa kesultanan. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Bima, melalui beberapa tahap sebagaiberikut : 1. Tahap pertama dari Demak sekitar tahun1540 M Pada tahun 1540 M, para mubalig dan pedagang dari Demak dibawah pimpinan Sunan Prapen yang merupakan putra dari Sunan Giri dating ke Bima dengan tujuan untuk menyiarkan agama Islam. Pada masa itu yang memerintah di kerajaan Bima adalah sangaji Manggampo Donggo. Usaha yang dilakukan oleh Sunan Prapen kurang berhasil, karena pada tahun 1540 M Demak mengalami kekacauan akibat mangkatnya Sultan Trenggono.
2.Tahap kedua dari ternate sekitar tahun 1580 M Pada tahun 1580 M, sultan Bab’ullah mengirim para mubalig dan pedagang untk menyiarkan agama Islam di Bima. Ketika masa itu kerajaan Bima, yang memerintah adalah sangaji Ma Wa’a Ndapa. Penyiar agama Islam yang dilakukan oleh Ternate, tidak dapat berlangsung lama, sebab di Ternate timbul kesultanan politik, setelah Sultan Bab’ullah mangkat.
3. Tahap ketiga dari Sulawesi Selatan sekitar tahun 1619M Pada tanggal 14 Jumadil awal 1028 H (tahun 1619 M), Sultan Makassar Alauddin awalul Islam mengirim empat orang mubalig dari Luwu, Tallo dan Bone untuk menyiarkan agama Islam di kerajaan Bima. Para muballig tersebut berlabuh di Sape dan mereka tidak dating ke istana, karena pada saat itu istana sedang dikuasai oleh Salisi. Kedatangan para Muballig tersebut disambut oleh La Ka’I yang sedang berada di Kalodu. Pada tanggal 15 Rabiul awal 1030 H, La Ka’I beserta pengikutnya memeluk agama Islam. Sejak itu mereka mengganti nama:
La Ka’I menjadi Abdulkahir La Mbila putra Ruma Bicara Ama Lima Dai menjadi Jalaluddin Bumi Jara Mbojo di Sape menjadi Awaluddin Manuru Bata putra sangaji Dompu Ma Wa’aTonggo Desemen jadi Sirajuddin.
Sejak La Ka’i memeluk agama Islam, maka rakyat juga ikut berbondong- bondong memeluk agama Islam. Referensi Buku Sejarah Mbojo Bima (M. Hilir Ismail)
Sejarah Sejarah Berdiri Berdiri , , Runtuh Runtuh dan dan Perkembangan Perkembangan Islam Islam di di Kerajaan KerajaanBima Bima
A. Peristiwa Penting Menjelang BerdirinyaKerajaan.
Kehadiran sang Bima pada abad 11 M, ikut membantu para ncuhi dalam memajukan Dana Mbojo. Sejak itu, ncuhi Dara dan ncuhi-ncuhi lain mulai mengenal bentuk pemerintahan kerajaan. Walau sang Bima sudah kembali ke kerajaan Medang di Jawa Timur, namun tetap mengadakan hubungan dengan ncuhi Dara. Karena istrinya berasal dari Dana Mbojo Bima.
Sebelum mendirikan kerajaan, semua ncuhi sepakat membentuk kesatuan wilayah dibawah pimpinan ncuhi Dara. Setelah puluhan tahun berada di Jawa Timur, sang Bima mengirim dua orang putranya, yang bernama Indra Zamrud dan Indra Kumala ke Dana Mbojo. Indra Zamrud dijadikan anak angkat oleh ncuhi Dara. Sedangkan Indra Kumala menjadi anak angkat ncuhi Doro Woni. Seluruh ncuhi sepakat untuk mencalonkan Indra Zamrud menjadi Sangaji atau Raja Dana Mbojo. Sedangkan Indra Kumala dicalonkan untuk menjadi Sangaji di Dana Dompu.
Indra Zamrud di tuha ro lanti atau dinobatkan menjadi Sangaji atau Raja yang pertama. Setelah Indra Zamrud dewasa dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas dalam bidang pemerintahan, maka pada akhir abad 11 M, ia di tuha ro lanti oleh Ncuhi Dara. Dengan persetujuan semua ncuhi, untuk menjadi Sangaji atau Raja Dana Mbojo yang pertama. Dengan demikian berakhirlah jaman ncuhi. Masyarakat Mbojo Bima memasuki jaman baru, yaitu jaman kerajaan. Pimpinan pemerintahan bukan lagi dipegang oleh ncuhi, tetapi dipegang oleh Sangaji atau Raja.
Sejak berdirinya kerajaan di sekitar pertengahan abad 11 M, Dana Mbojo memiliki dua nama.Kerajaan yang baru didirikan itu, oleh para ncuhi bersama rakyat diberi nama Mbojo. Sesuai dengan kesepakatan mereka dalam musyawarah di Babuju. Tetapi oleh orang-orang Jawa, kerajaan itu diberi nama Bima. Diambil dari nama ayah Indra Zamrud yang berjasa dalam merintis pendirian kerajaan. Sampai sekarang Dana Mbojo mempunyai dua nama, yaitu Mbojo dan Bima.Dalam masa selanjutnya, Mbojo bukan hanya nama daerah, tetapi merupakan nama suku yang menjadi penduduk di Kabupaten Bima dan Dompu sekarang. Sedangkan Bima sudah menjadi nama daerah bukan nama suku.
Pada masa kesultanan, suku Mbojo membaur atau melakukan pernikahan dengan suku Makasar dan Bugis. Sehingga adat istiadat serta bahasanya, banyak persamaan dengan adat istiadat serta bahasa suku Makasar dan Bugis.Dou Mbojo yang enggan membaur dengan suku Makasar dan Bugis, terdesak ke daerah Donggo atau pegunungan. Oleh sebab itu, mereka disebut Dou Donggo atau orang pegunungan. Dou Donggo mempunyai adat istiadat serta bahasa yang berbeda dengan dou Mbojo.
Dou Donggo bermukim di dua tempat, yaitu disekitar kaki Gunung Ro’o Salunga di wilayah Kecamatan Donggo sekarang dan di kaki Gunung Lambitu di wilayah Kecamatan Wawo sekarang. Yang bertempat tinggal di sekitar Gunung Ro’o Salunga, disebut Dou Donggo Ipa (orang Donggo seberang), sedangkan yang berada dikaki Gunung Lambitu, disebut Dou Donggo Ele (orang Donggo Timur).
B. Proses Masuk dan Berkembangnya islam di Kerajaan Bima
Kerajaan Gowa Tallo memegang peranan penting dalam proses konversi Bima ke Islam. Saat itu, pada abad ke 17 M, Belanda telah menguasai sebagian besar jalur perdangangan bagian barat. Untuk mencegah jalur timur direbut Belanda, Maka Gowa mengirim expedisi untuk menaklukkan kerajaan pada pantai timur yaitu lombok dan bima. Kerajaan-kerajaan ini berhasil ditaklukkan dan di Islam kan oleh Gowa pada tahun1609M. Seiring dengan masuknya islam maka peradaban tulis juga berkembang.
Beberapa bulan setelah memeluk agama Islam, Jena Teke Abdul Kahir bersama pengikut didampingi oleh beberapa orang gurunya dari Sulawesi Selatan kembali menuju Dusun Kalodu. Setelah berada di Kalodu mereka mendirikan sebuah Masjid, selain sebagai tempat ibadah juga menjadi pusat kegiatan dakwah. Mulai saat itu Dusun Kalodu menjadi pusat penyiaran Islam, selain Kampo Sigi (Kampung Sigi ) di sekitar Desa NaE kecamatan Sape.
Dari puncak Kalodu, Islam semakin bersinar terang menyelimuti kegelapan Bumi Bima. Seluruh rakyat menyambut gembira instruksi Putera Mahkota Abdul Kahir untuk memeluk Islam. Salisi semakin berang. Dengan bantuan Belanda ia terus mengejar dan menyerang Pasukan Abdul Kahir. Proses pengejaran itu mulai dari Kalodu, Sape hingga mencapai puncaknya di Wera. Di sinilah terjadi pertempuran habis- habisan hingga menewaskan Panglima Perang Rato Waro Bewi di Doro Cumpu desa Bala kecamatan Wera. Berkat kerja sama dan kelihaian orang-orang Wera, Abdul Kahir dan teman seperjuangannya dapat diselamatkan ke Pulau Sangiang yang selanjutnya dijemput perahu-perahu dari Makassar.
Di Makassar, Empat serangkai Abdul Kahir, Sirajuddin, Awaluddin dan Jalaluddin dibina dan dilatih taktik perang. Di tanah ini pula mereka memperdalam ajaran Islam. Hingga setelah segala persiapan dimatangkan, Sultan Alauddin Makassar mengirim ekspedisi penyerangan terhadap Salisi. Dalam sejarah Bima tercatat dua kali ekspedisi ini dikirim untuk menaklukkan Salisi namun gagal. Pasukan Makassar banyak yang tewas dalam dua ekspedisi ini. Untuk ketiga kalinya pada tahun 1640 M, ekspedisi baru berhasil. Pada tanggal 5 Juli 1640 M Putera Mahkota Abdul Kahir berhasil memasuki Istana Bima dan dinobatkan menjadi Sultan Bima pertama yang diberi gelar Ruma ta Ma Bata Wadu (TaunkuYang bersumpah Di AtasBatu). Sedangkan Sirajuddin terus mengejar Salisi hingga ke Dompu. Sirajuddin selanjutnya mendirikan Kesultanan Dompu. Jalaluddin kemudian diangkat menjadi Perdana Menteri (Ruma Bicara) pertama dan diberi gelar Manuru Suntu, dimakamkan dikampung Suntu (Halaman SDN3Bima sekarang).
Tanggal 5 Juli 1640 M menjadi saksi sejarah berdirinya sebuah kesultanan di Nusantara Timur dan Terus berkiprah dalam percaturan sejarah Nusantara selama 322 tahun. Untuk itulah pada setiap tanggal 5 Juli diperingati sebagai hari Jadi Bima. Seperti telah menjadi takdir sejarah pula, bahwa kesultanan Bima diawali oleh pemimpinnya yang bernama Abdul KahirI dan berakhir pula dengan Abdul Kahir II (Putera Kahir). Dua tokoh sejarah itu kini tidur dengan tenang untuk selama-lamanya di atas bukit Dana Taraha Kota Bima.
(Sumber : Kitab BO ; Peranan Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara, M. Hilir Ismail ; Novel Sejarah Kembalinya Sang Putera Mahkota, AlanMalingi )
D. Penyebab Berakhirnya Kerajaan Bima
Kesultanan Bima berakhir ketika Indonesia berhasil meraih Kemerdekaan pada tahun 1945. Saat itu, Sultan Muhammad Salahuddin, raja terakhir Bima, lebih memilih untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Indonesia. Siti Maryam, salah seorang Putri Sultan, menyerahkan Bangunan Kerajaan kepada pemerintahan dan kini di jadikan Museum. Diantara peninggalan yang masih bisa di lihat adalah Mahkota, Pedang dan Funitur.
Bima merupakan salah satu Kerajaan islam tersohor di Indonesia bagian Timur. Kesohorannya hingga pernah berstatus swapraja selama kurun waktu 5-6 tahun dan hingga kini masih didapati bukti dan peninggalannya. Beragam tradisi dan budaya terlahir dan masih dipertahankan rakyatnya. Salah satu yang hingga kini masih kekal bahkan terwarisi adalah budaya rimpu, sebuah identitas kemusliman yang hingga kini nyaris kehilangan makna.
Rimpu merupakan busana adat harian tradisional yang berkembang pada masa kesultanan, sebagai identitas bagi wanita muslim di Bima. Rimpu mulai populer sejak berdirinya Negara Islam di Bima pada 15 Rabiul awal 1050 H bertepatan dengan 5 Juli 1640.
Masuknya rimpu ke Bima amat kental dengan masuknya Islam ke Kabupaten bermotokan Maja Labo Dahu ini. Pedagang Islam yang datang ke Bima terutama wanita Arab menjadi ispirasi kuat bagi wanita Bima untuk mengidentikkan pakaian mereka dengan menggunakan rimpu.
Menurut sejarawan Bima, M. Hilir Ismail, keberadaan rimpu juga tak lepas dari upaya pemerintah (masa Sultan Nuruddin) untuk memanfaatkan kain sarung atau kain tenun Bima yang sudah lama dikenal bahkan menjadi komoditi perdagangan dunia yang sangat laris sekitar abad 13 lampau. Sebab, pada masa itu, dou mbojo memanfaatkan melimpahnya tanaman kapas untuk dijadikan kain tenun yang menjadi komoditi perdagangan yang terjual hingga ke negeri Cina. Sejak saat itu, semua wanita yang sudah akil baliq diwajibkan memakai rimpu apabila hendak bepergian meninggalkan rumah dan keluarganya untuk sesuatu urusan. Kalau tidak, berarti sudah melanggar hukum agama dan adat pada saat itu. “Hukumannya lebih kepada hukuman moral. Orang yang melanggar dengan sendirinya akan merasa malu”, ujarnya.
Keterangan Hilir diperkuat lagi oleh Nur Farhaty Ghani, dari Forum Perempuan (ForPuan) Bima. Menurutnya, rimpu merupakan bagian dari identitas wanita Bima pada masa Islam baru berkembang di Bima. “Zaman dulu, wanita Bima dengan bangga memakai rimpu untuk menunjukkan ke khalayak bahwa mereka sudah bisa menenun dan kain yang mereka gunakan adalah hasil karya sendiri,” paparnya. Menurutnya, memakai rimpu pada masa itu semacam show (pertunjukan). “Ini loh kain hasil tenun saya. Saya sudah bisa menenun,” contohnya.
Keeratan hubungan rimpu dengan perkembangan islam pada masa itu tampak jelas. Dari keterangan pelaku sejarah, wanita Bima yang hidup pada masa itu memandang tersingkapnya aurat mereka sebagai aib. Siapapun lelaki baik sengaja atau tidak melihat aurat mereka, pria tersebut wajib menikahinya. “Dengan tersingkapnya betis saja, wanita zaman dulu sudah merasa malu dan segera minta nikah. Mereka menganggapitu sebagai bentuk pelecehan (aib) terhadap wanita,” paparnya.
Rimpu merupakan busana yang terbuat dari dua lembar sarung yang bertujuan untuk menutup seluruh bagian tubuh. Satu lembar untuk mernutup kepala, satu lembar lagi sebagai pengganti rok. Sesuai penggunaannya, rimpu bagi kaum wanita di Bima dibedakan sesuai status. Bagi gadis, memakai rimpu mpida—yang artinya seluruh anggota badan terselubung kain sarung dan hanya mata yang dibiarkan terbuka. Ini sama saja dengan penggunaan cadar pada kaum wanita muslim. Caranya, sarung yang ada dililit mengikuti arah kepala dan muka kemudian menyisakan ruang terbuka pada bagian mata. Sedangkan bagi kaum wanita yang telah bersuami memakai rimpu colo. Dimana bagian muka semua terbuka. Caranya pun hampir sama. Sedangkan untuk membuat rok, sarung yang ada cukup dililitkan pada bagian perut dan membentuknya seperti rok dan kemudian mentangkupkan pada bagian kanan dan kiri pinggang.
Adanya perbedaan penggunaan rimpu antara yang masih gadis dengan yang telah bersuami, secara tidak langsung menjelaskan pada masyarakat terutama kaum pria tentang status wanita pada zaman itu. Bagi kaum pria terutama yang masih lajang, melihat mereka yang mengenakan rimpu mpida merupakan pertanda baik. Apalagi, jika pria lajang tersebut sudah berkeinginan untuk segera berumah tangga. Dengan sendirinya, pria-pria lajang akan mencari tau keberadaan gadis incarannya dari sarung yang dikenakannya.
Seiring perkembangan zaman, keberadaan rimpu hampir terlupakan. Malah, beberapa tahun terakhir, sebagian besar masyarakat Bima yang beragama Islam beralih mengenakan jilbab dengan trend mode yang bermunculan. Parahnya, generasi- generasi sekarang sudah banyak yang tak mengenal rimpu. Kalaupun ada, mereka tak mengerti cara penggunaannya. Wanita Bima masa kini menganggap orang yang mengenakan rimpu sebagai wanita kolot dan kampungan. Saat ini, wanita Bima yang mengenakan Rimpu masih bisa ditemukan di daerah-daerah seperti di Kecamatan Wawo, Sape, Lambitu, Wilayah Kae (Palibelo, Belo, Woha dan Monta), juga di Kecamatan Sanggar dan Tambora Kabupaten Bima.
Tidak ada alasan untuk tidak melestarikan budaya rimpu ini dan sudah sepatutnya ada sebuah kebijakan yang menunjang pelestariannya. Pemerintah Bima seharusnya mulai memikirkan upaya teresbut, paling tidak sebuah kebijakan pada hari tertentu agar wanita Bima mengenakan busana harian Rimpu patut dipertimbangkan sehingga berdampak pula pada peningkatan pendapatan sektor industri rumahan khususnya tenunan tradisional Bima.
<script type="text/javascript">
  (sc_adv_out = window.sc_adv_out || []).push({
    id : "470493",
    domain : "n.ads3-adnow.com"
  });
</script>
<script type="text/javascript" src="//st-n.ads3-adnow.com/js/adv_out.js"></script>

https://www.youtube.com/channel/UCUQCGmbao_In1Z1c0B0X6AQ?sub_confirmation=1

Rabu, 24 Juli 2013

ADAT BIMA

 ADAT BIMA MBOJO



Info Dana Mbojo - Bima memang unik dengan beragam tarian tradisional baik yang lahir dari Istana maupun di luar Istana. Pada masa lalu, terutama pada zaman ke-emasan. Kesultanan Bima, Seni tari  dan atraksi seni budaya tradisioanl merupakan salah satu cabang seni yang sangat populer. Pengembangan seni tari mendapat perhatian dari pemerintah kesultanan. Kala itu, Istana Bima (Asi Mbojo) tidak hanya berfungsi sebagai pusat Pemerintahan namunAsi juga merupakan pusat pengembangan seni dan budaya tradisional. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (Sultan Bima yang kedua)yang memerintahkan antara tahun 1640-1682 M, seni budaya tradisional berkembang cukup pesat. Hingga saat ini seiring berjalannya waktu, beberapa seni tari dan atraksi seni budaya tradisional itu masih tetap eksis. Beberapa tarian yang masih dapat di nikmati antar lain;a.Atraksi GantaoJenis tarian ini berasal dari SulawesiSelatan dengan nama asli Kuntao. Namun di Bima diberi nama Gantao. Atraksi seni yang mirip pencak silat ini berkembang pesat sejak abad ke-16 Masehi. Karena pada saat itu hubungan antara kesultanan Bima dengan Gowa dan Makasar sangat erat. Atraksi ini dapat dikategorikan dalam seni Bela diri (silat), dan dalam setiap gerakan selalu mengikuti aturan musik tradisional Bima (Gendang, Gong, Tawa-tawa dan Sarone). Padazaman dahulu setiap acara-acara di dalam lingkungan Istana Gantao selalu digelar dan menjadi ajang bertemunya para pendekar dari seluruh pelosok, hingga saat ini Gantao masih tetap lestari detengah-tengah masyarakat Bima dan selalu digelar pada acara sunatan maupun perkawinan).b.Tari Wura Bongi MoncaSeni budaya tradisional Bima berkembang cukup pesat pada masa pemerintahan sultan Abdul Kahir Sirajuddin, sultan Bima ke-2yang memerintah antara tahun 1640-1682 M. Salah satunya adalah Tarian Selamat Datang atau dalam bahasa Bima dikenal dengan TarianWura Bongi Monca. Gongi Monca adalah beras kuning. Jadi tarian ini adalah Tarian menabur Beras Kuning kepada rombongan tamu yang datang berkunjung.Tarian ini biasanya digelar pada acara-acara penyabutan tamu baik secara formal maupun informal. Pada masa kesultanan tarian ini biasa digelar untuk menyambut tamu-tamu sultan. Tarian ini dimainkan oleh 4 sampai 6 remaja putri dalam alunan gerakan yang lemah lembut disertai senyuman sambil menabur beras kuning kearah tamu, Karena dalam falsafahmasyarakat Bima tamu adalah raja dan dapat membawa rezeki bagi rakyat dan negeri.c.Tari LenggoTari Lenggo ada dua jenis yaitu Tari Lenggo Melayu dan Lenggo Mbojo. Lenggo Melayu diciptakan oleh salah seorang mubalig dari Pagaruyung Sumatera Barat yang bernama Datuk Raja Lelo pada tahun 1070 H. Tarian ini memang khusus diciptakan untuk upacara Adat Hanta UA Pua dan dipertunjukkan pertama kali di Oi Ule (Pantai Ule sekarang) dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Lenggo Melayu juga dalam bahasa Bima disebut Lenggo Mone karena dibawakan oleh 4 orang remaja pria.Terinspirasi dari gerakan LenggoMelayu, setahun kemudian tepatnyapada tahun 1071 H, Sultan Abdul Khair Sirajuddin menciptakan Lenggo Mbojo yang diperankan oleh 4 orang penari perempuan. Lenggo Mbojo juga disebut Lenggo Siwe. Nah, jadilah perpaduan Lenggo Melayu dan Lenggo Mbojo yang pada perkembangan selanjutnya dikenal dengan Lenggo UA PUA. Tarian Lenggo selalu dipertunjukkan pada saat Upacara Adat Hanta UA PUA terutama pada saat rombongan penghulu Melayu mamasuki pelataran Istana.d.Rawa MbojoSalah satu seni budaya Mbojo yang merupakan ajang hiburan masyarakat tempo dulu adalah Rawa Mbojo. Seni ini adalah salah satu media penyampaian pesan dannasehat yang disuguhkan terutama pada malam hari saat-saat penen sambil memasukkan padi di lumbung. Senandung Rawa Mbojo yang di-iringi gesekan Biola berpadu dengan syair dan pantun yang penuh petuah adalah pelepasan lelah dan pembeli semangat kepada warga yang melakukan aktifitas di tiap-tiap rumah. Sebagai selingan, dihadirkan pula seorang pawang cerita yang membawakan dongeng-dongeng yang menarik dan penuh makna kehidupan.Syair dan senandung Rawa Mbojo didominasi pantun khas Bima yang berisi nasehat dan petuah, kadang pula jenaka dan menggelitik. Ini adalah sebuah warisan budaya tutur yang tak ternilai unuk generasi. Dalam Rawa Mbojo terdapat beragam lirik yang dikenal dengan istilah Ntoro. Ada Ntoko Tambora, Ntoko Lopi Penge, dan Ntoko lainnya. Tiap Ntoko memiliki khas masing-masing. Misalnya Ntoko Tambora dilantunkan dalam syair dan irama yang mengambarkan kemegahan alam. Ntoko Lopi Penge mengambarkan suasana laut dan gelombang. Syair dan pantun yang dilantunkan pun dikemukakan secara spontan sesuaikeadaan. Itulah kelebihan dari para pelantun Rawa Mbojo. Meskipun tidak bisa membaca dan menulis, namn mereka sangan pawai melantunkannya secara spontanitas.e.Hadrah RebanaJenis atraksi kesenian ini telah berkembang pesat sejak abad ke-16. Hadrah Rebana merupakan jenis atraksi yang telahmendapat pengaruh ajaran islam. Syair lagu yang dinyanikan adalah lagu-lagu dalam bahasa Arab dan biasanya mengandung pesan-pesanrohani. Dengan berbekal 3 buah Rebana dan 6 sampai 12 penari, mereka mendendangkan lagu-lagu seperti Marhaban dan lain-lain. Hadrah Rebana biasa digelar pada acara WA’A CO’I (Antar Mahar), Sunatan maupun Khataman Alqur’an. Hingga saat ini Hadrah Rebana telah berkembang pesat sampai ke seluruh pelosok. Hal yang menggembirakan adalah Hadrah Rebana ini terus berkembang dan dikreasi oleh seniman di Bima. Dan banyak sekalikarya-karya gerakan dan lagu-lagu yang mengiringi permainan HadrahRebana ini.Semua atraksi kesenian dan tari-tarian ini oleh Pemerintah Kota Bima selalu di gelar pada setiap perayaan hari-hari besar daerah, propinsi dan nasional bahkan untukmenyambut para tamu-tamu pemerintahan, wisatawan dan kegiatan-kegiatan ceremonial lainnya yang terpusat di Paruga Nae(tempat khusus pagelaran seni budaya dengan arsitektur khas tradisional rumah adat Bima).

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More