Berita Dan Peristiwa ,Politik Dana Mbojo

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Tak Layak Lagi Dapat Bantuan, Penerima PKH dan BPNT 2024 Tahap 1 Ini Dicoret dari DTKS

Pemerintah mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tahap 1 tahun 2024 menjelang Pemilu

Minggu, 19 November 2023

Naka Dan Ncuhi Peradaban Awal Dana Mbojo






Naka Dan Ncuhi Peradaban Awal Dana Mbojo 


Oleh : Alan Malingi 

Masa Pra Sejarah Bima dikenal dengan Zaman Naka. Keterangan tertulis tentang masa ini tidak ada. BO(Kitab Kuno Kerajaan Bima) hanya menceritakan bahwa sebelum masa Ncuhi, masyarakat Bima hidup dalam zaman Naka. Ciri kehidupan zaman ini hampir sama dengan ciri kehidupan zaman pra sejarah pada umumnya yaitu nomaden, food gathering, belum mengenal tulisan, belum mengenal pertanian dan peternakan dan menganut kepercayaan Makamba  Makimbi , sejenis dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Diperkirakan pendukung zaman naka adalah orang-orang Donggo yang merupakan penduduk Asli Bima atau juga mereka sudah terdesak ke timur seperti Flores, Sumba dan sekitarnya.

Bukti terdesaknya masyararakat pendukung peradaban Naka ini adalah dari tradisi tutur masyarakat di Desa Tarlawi kecamatan Wawo kabupaten Bima. Mereka menyebut orang orang dari luar klan mereka dengan istilah “ Saru “ atau musuh. “ Saru Apa Mai ? Musuh darimana yang datang?. Demikian diungkapkan oleh salah seorang tetua setempat kepada penulis dan tim Makembo yang melaksanakan kemah budaya di Tarlawi pada tanggal 28 Juli 2018.

Dari tutur yang tersebar di masyarakat setempat memberikan satu garis arah, bahwa peradaban Naka ini tersingkir akibat kedatangan orang-orang luar dan munculnya peradaban baru di tanah Bima. Pada masa lalu, masyarakat Donggo Ele terdiri dari 4 klan masyarakat yaitu Sambori, Teta, Kuta, dan Tarlawi. Orang Sambori menempati pesisir Talabiu, orang Kuta menempati pesisir Kolo, orang Teta menempati wilayah pesisir Ambali hingga Tala Piti dan Orang Tarlawi menempati pesisir pantai Mawu 

Setelah orang orang luar dengan peradabannya yang lebih maju masuk ke tanah Bima, maka empat kelompok tersebut akhirnya menyingkir menyusuri lembah dan pegunungan dengan pola hidup nomaden dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Mereka akhirnya tiba di tempat baru di Tarlawi,Kuta, Teta dan Sambori. Khusus Sambori, Yusuf Alwi mengemukakan bahwa Sambori berasal dari Kata Sampori atau melepaskan diri dari kelompok induknya. 

Salah satu bukti keberadaan zaman Naka adalah temuan Tim Ekskursi Uma Lengge dari Mahasiswa dan Dosen Fakultas Arsitektur Universitas Indonesia tahun 2017. Mereka membagi tiga tim penelitian yaitu Tim Wawo, Tim Donggo dan Tim Sambori. Mereka menemukan satu hunian yang lebih awal dari Uma Lengge yaitu Lege, sejenis rumah pohon di pegunungan Sambori. Temuan itu dituangkan dalam sebuah buku dengan judul “ Bima, antara Padi Dan Atsitektur. “ 
Masa Ncuhi merupakan masa ambang sejarah (Proto Sejarah).  

Pada masa ini masyarakat sudah hidup berkelompok, menetap, mengenal pertanian dan peternakan. Mereka sudah mulai hidup teratur di bawah pimpinan wilayah yang disebut NCUHI. Bo menulis : Sawatipu ba londona sia sangaji, wa’ura wara dou labo dana ( Sebelum datangnya Sangaji (Raja) sudah ada orang dengan tanahnya ). Bo juga menulis : Ndi tangara kai Ncuhi, ededu dumu dou, inampu’una ba weki ma rimpa, ndi batu wea ta lelena, ndi siwi wea ta nggawona.  Artinya, Ncuhi adalah manusia utama, penghulu masyarakat serumpun, diharapkan pengayomannya, untuk diikuti arah condongnya. 

Ncuhi adalah pemimpin kharismatik tradisional yang menguasi wilayah gunung dan lembah. Nama Ncuhi diambil dari nama gunung dan lembah yang dikuasainya. Ncuhi asal kata Ncuri atau Suri yang menjadi cikal bakal kehidupan. Ada banyak Ncuhi di Bima. Ada Ncuhi Lambu, Jia, Buncu, Sape, Kabuju, Kolo, Padolo, Mola dan lain-lain. Mungkin jumlahnya ada ratusan orang. Tapi ada lima Ncuhi induk yang merupakan pimpinan wilayah yang membawahi Ncuhi-ncuhi tersebut yaitu Dara (Wilayah Tengah,pusat kota), Dorowuni (Wilayah Timur) Bolo (wilayah Barat) ,Banggapupa( Wilayah Utara) dan Parewa ( Wilayah Selatan). Lima Ncuhi inilah yang kemudian mengadakan musyawarah di Doro Babuju untuk mengangkat seseorang yang bergelar Sang Bima menjadi Raja.
Pada masa Ncuhi, Bima telah menjalin hubungan dengan negeri-negeri di luar. Hal itu didukung oleh teluk dan pelabuhan alamnya yang tenang dan indah. Teluk Bima menjadi tempat persinggahan terbaik bagi para pelaut dan pedagang dari berbagai negeri. Hasil alam Bima juga diminati seperti kayu Songga, Sopa, pewarna, Rotan, Kerbau, kuda, padi dan palawija serta hasil alam lainnya. 

Sejak Abad XII Masehi, kuda asal Bima sudah tersohor di Nusantara. Saat itu, para pedagang dari berbagai penjuru datang membeli Kuda Bima, kemudian dijual di negeri asalnya untuk dijadikan tunggangan para raja, bangsawan, dan panglimaperang.   Dalam Kitab Negara Kertagama dinyatakan, Raja-raja dan panglima perang Kerajaan Kediri, Singosari, dan Majapahit,  selalu memilih Kuda Bima untuk memperkuat armada kavalerinya. Para Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia pun sering meminta dikirimi Kuda Bima yang dinilai sebagai jenis kuda terbaik di Kepulauan Hindia Belanda. Kuda Bima dinilai sebagai sarana transportasi yang tangguh karena kuat membawa beban hasil panen, tahan cuaca panas, serta jinak. 

Kesimpulan 

1. Bukti keberadaan zaman Ncuhi adalah tersebarnya temuan peninggalan para Ncuhi seperti di Sape, Lambu, Parado, Woha, Monta, Wawo, Donggo, Kota Bima dan wilayah lainnya di Bima. 
2. Bukti lain adalah tersebarnya cerita rakyat atau legenda di wilayah Bima. Kegenda tentang Ncuhi Parewa, Ncuhi Buncu, Ncuhi Kabuju, Ncuhi Mola, Ncuhi Dara, Ncuhi Dorowuni, Ncuhi Bolo, Ncuhi Banggapupa,  dan lain lain.
3. Keberadaan Ncuhi juga disebutkan dalam BO Sangaji Kai maupun BO kerajaan Bima lainnya terutama tentang kedatangan Sang Bima dan pembentukan federasi Ncuhi yang diketuai oleh Ncuhi Dara. Lima federasi Ncuhi itu membagi wilayah kekusaannya dengan batas teluk Bima yaitu Ncuhi Dara menguasai wilayah tengah. Ncuhi Parewa di wilayah selatan, Ncuhi Banggapupa di wilayah utara, ncuhi Dorowuni di wilayah timur dan Ncuhi Bolo di wilayah barat. 
4. Perlu penelitian lebih lanjut tentang peradaban zaman Naka dan Ncuhi. Pemerintah Daerah harus proaktif menggandeng komunitas dan masyarakat dalam rangka mengumpulkan peninggalan zaman Naka dan Ncuhi.
 
Referensi

1. Anhar Gonggong, DR, Komunikasi Dalam Masyarakat Majemuk Dalam Integrasi Bangsa, Mataram, 1995.
2. Hilir Ismail M., Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara,
3. Massier Abdullah, Bo (Suatu Himpunan Catatan Kuno Daerah Bima), Proyek Pengembangan Permuseuman Nusa Tenggara Barat, Depdikbud NTb, 1981/1982.
4. Sejarah Bima Dana Mbojo, Abdullah Tayib, BA
5. Chambert Loir Henry, Sitti Maryam R. Muhammad Salahuddin,” Bo Sangaji Kai”, Yayasan Obor, Jakarta, 1999.
6. Hilir Ismail & Alan Malingi, Jejak Para Sultan Bima. 
7. Tim Ekskursi Uma Lengge, Universitas Indonesia 2017. Bima Antara Padi Dan Arsitektur

Disampaikan pada : Kajian Sejarah Dan Budaya, Asi Mbojo 23 Februari 2020.


SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

LAYAK KAH SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA MENJADI PAHLAWAN NASIONAL



LAYAK KAH SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA MENJADI PAHLAWAN NASIONAL


Sultan Muhammad Salahuddin Bima, adalah seorang pahlawan yang telah lama dinominasikan untuk menjadi Pahlawan Nasional. Namun, hingga kini, nominasi tersebut belum berhasil terealisasi. Namun, jika kita melihat rekam jejaknya dan warisan perjuangannya, alangkah pantasnya dia diangkat menjadi pahlawan nasional.

Almarhum Alan Malingi, seorang tokoh terkemuka di Bima, dengan tegas menyatakan bahwa perjuangan Sultan Muhammad Salahuddin adalah contoh yang harus diikuti dan diperhatikan, bukan hanya oleh generasi saat ini, tetapi juga oleh generasi mendatang. Ia berpendapat bahwa pahlawan sejati adalah mereka yang berani berbuat melampaui batas kemampuan diri mereka. Contohnya, Soekarno, seorang insinyur tehnik, mampu menjadi proklamator dan lokomotif sebuah bangsa, yang merupakan dedikasi yang melebihi kapasitas tekniknya.

Sultan Muhammad Salahuddin memiliki dedikasi yang tak kalah besar dalam berbagai aspek. Dia adalah seorang intelektual yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, dengan koleksi sekitar 38 kitab ilmu agama Islam yang masih tersimpan di Museum Samparaja Bima. Di sana juga terdapat arsip surat-surat penting yang berasal dari masa pemerintahannya.

Sultan Muhammad Salahuddin juga adalah seorang penulis yang prolifik. Di Museum Samparaja, Anda dapat menemukan sejumlah naskah khutbah Jumat yang ditulis oleh Sultan. Salah satunya adalah "Nurul Mubin," yang merupakan hasil suntingan Sultan dari kitab lama pada abad ke-18. Karyanya ini bahkan diterbitkan oleh penerbit Syamsiah Solo pada tahun 1932.

Namun, Sultan Muhammad Salahuddin bukan hanya seorang akademisi, dia juga seorang pemimpin yang visioner. Pada masa pemerintahannya, pergerakan kemerdekaan menjadi dinamis di Bima. Berbagai organisasi perjuangan tumbuh pesat, dan Sultan mendukung serta memfasilitasi berbagai organisasi pergerakan kemerdekaan tersebut.

Sultan juga memberikan otonomi dan memberikan peluang sebesar besarnya, kepada RAKYAT DOMPU UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI BIMA. Sehingga pada September 1947, Tajul Arifin Sirajuddin dinobatkan menjadi Sultan Dompu.

Selain itu, Sultan juga adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan mendirikan Darul Ulum Bima. Selama kepemimpinannya, Sultan mendukung partai politik dan menunjukkan toleransi terhadap umat non-Muslim.

Pendidikan juga menjadi fokus Sultan Muhammad Salahuddin. Selama masa pemerintahannya, ia mendirikan sekitar 60 sekolah yang menjadi cikal bakal Sekolah Rakyat dan Sekolah Dasar di Bima. Selain pendidikan modern, ia mendatangkan guru non-Muslim untuk mengajar ilmu pengetahuan umum, memastikan pembangunan sekolah Islam, dan memberikan dukungan finansial untuk bea siswa pelajar Bima hingga ke Mekkah.

Tidak kalah pentingnya, Sultan Muhammad Salahuddin adalah seorang nasionalis sejati. Dalam maklumat pada tahun 1945, ia menyatakan bahwa Kerajaan Bima berdiri di belakang Republik Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya menjaga amanat proklamasi dalam pidatonya ketika menyambut kunjungan Bung Karno pada tahun 1946.

Terakhir, Sultan Muhammad Salahuddin adalah seorang pelopor pembangunan. Banyak bangunan bersejarah yang dibangun selama masa pemerintahannya yang masih berdiri hingga saat ini, seperti Asi Mbojo, pendopo bupati, kantor wali kota lama di Raba, Masjid Al Muwahiddin, dan banyak fasilitas publik lainnya.

Semua pencapaian besar dalam berbagai aspek ini menunjukkan bahwa Sultan Muhammad Salahuddin adalah tokoh yang luar biasa dan pantas diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Sungguh waktunya bagi Sultan Muhammad Salahuddin untuk mendapatkan penghormatan yang pantas sebagai pahlawan nasional. Dengan mengenal lebih dekat sosok beliau, kita dapat lebih memahami warisan perjuangan yang berharga bagi bangsa Indonesia.

tulisan diatas adalah beberapa informasi yang berhasil saya rangkum dan menjadi beberapa alasan mengapa SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA layak menjadi PAHLAWAN NASIONAL

sekiranya pembaca dapat memberikan komentar positif dan memberikan informasi tambahan mengenai sulthan tersebut.

Jangan lupa beri tanggapan, pendapat atau masukan pada postingan saya yang berjudul

LAYAK KAH SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA MENJADI PAHLAWAN NASIONAL

"SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU"

Senin, 04 April 2022

Menyingkap Kisah Para Ncuhi di Dana Mbojo

Dana Mbojo Mantoi.  





Sebelum Bima memasuki era Kerajaan dan Kesultanan, dahulu kala kelompok masyarakat di berbagai wilayah “Dana Mbojo” atau dikenal dengan Bima di pimpin oleh kepala suku yang di sebut Ncuhi. Dalam pengertiannya Ncuhi adalah asal muasal kehidupan yang berada di Bima “Ncuhi Ade du dou ma dou, ina mpuuna ba weki, ma rimpa di siri wea nggawona, di batu wea lelena”. Artinya Ncuhi asal muasal manusia, ibu dari kita semua, tempat kita semua berlindung, untuk di ikuti petuahnya.

Ncuhi selain sebagai pemimpin kelompok masyarakat juga merupakan “High Priest” atau Pemuka Agama tertinggi di atas Sando (imam dan dukun dalam agama masayarakat Bima dulunya). Seorang Ncuhi di pilih dari seorang yang bijak dan berilmu oleh kelompoknya untuk memimpin mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Bouman, para Ncuhi itu pada hakekatnya adalah para tuan tanah yang berkuasa di wilayahnya masing-masing, yang kemudian dipersatukan oleh Maharaja Sang Bima menjadi satu kerajaan yang bercorak kehinduan. Seperti yang di kutip dalam Kerajaan Tradisional di Indonesia : Bima, 1997.

Dari berbagai wilayah Ncuhi juga mempunyai seorang pimpinan Ncuhi tertinggi yang memegang seluruh wilayah tertentu misalkan Ncuhi Banggapupa yang memegang wilayah Bima bagian Utara, sehingga dari semua Ncuhi yang bermukim di wilayah Utara jika ada masalah yang terjadi maka mereka akan menemui Ncuhi Banggapupa sebagai pemimpin tertinggi untuk melaporkan masalah dari wilayah mereka.

Para Ncuhi adalah para pemimpin yang memegang teguh musyawarah untuk membicarakan berbagai permasalahan dan perkembangan wilayah masing-masing. “Apabila ada persoalan yang perlu disimpulkan bersama, yang ada sangkut pautnya dengan kepentingan daerah bersama pula, maka berkumpulah mereka untuk memusyawarahkannya”, demikian tulis Ahmad Amin dalam Sejarah Bima. Sejarah Pemerintahan dan Serba Serbi Kebudayaan Bima.

Ncuhi juga mempunyai pimpinan tertinggi dari tiap wilayah masing-masing, para Ncuhi tertinggi ini hanya berjumlahkan 5 orang saja, yaitu :

1. Ncuhi Dara bagian Bima tengah.
2. Ncuhi Doro Wuni bagian Bima timur.
3. Ncuhi Banggapupa bagian Bima utara.
4. Ncuhi Parewa bagian Bima selatan.
5. Ncuhi Bolo bagian Bima barat.

Setelah masuknya era Kerajaan, tugas dan wewenang para Ncuhi tetap pada semula di tiap wilayahnya mereka. Seorang Putra Mahkota sebelum di angkat menjadi Raja, mereka terlebih dahulu di gembleng oleh Para Ncuhi tertinggi dan di ajarkan dari masing-masing keahlian yang di kuasai oleh Ncuhi untuk mengenal tanah leluhurnya.

Dalam kepercayaan masyarakat Bima bila para Ncuhi meninggal maka roh sucinya akan menjadi Waro yaitu roh leluhur yang menjaga mereka. Ncuhi sangat di hormati oleh masyarakat karena kewibawaan dan bijak, setelah masuknya Kerajaan, Kesultanan, hingga terbentuknya Indonesia, seorang Ncuhi tetap di angkat dari keturunan para Ncuhi yang sebelumnya. Di tahun 1983 seorang Antropology dari Universitas Of Pennsylvania yang bernama Peter Just saat meneliti tentang Donggo, dia masih bertemu dengan seorang Ncuhi terakhir di Donggo yang bernama La Honte.


SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More