Berita Dan Peristiwa ,Politik Dana Mbojo

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Tak Layak Lagi Dapat Bantuan, Penerima PKH dan BPNT 2024 Tahap 1 Ini Dicoret dari DTKS

Pemerintah mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tahap 1 tahun 2024 menjelang Pemilu

Minggu, 19 November 2023

LAYAK KAH SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA MENJADI PAHLAWAN NASIONAL



LAYAK KAH SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA MENJADI PAHLAWAN NASIONAL


Sultan Muhammad Salahuddin Bima, adalah seorang pahlawan yang telah lama dinominasikan untuk menjadi Pahlawan Nasional. Namun, hingga kini, nominasi tersebut belum berhasil terealisasi. Namun, jika kita melihat rekam jejaknya dan warisan perjuangannya, alangkah pantasnya dia diangkat menjadi pahlawan nasional.

Almarhum Alan Malingi, seorang tokoh terkemuka di Bima, dengan tegas menyatakan bahwa perjuangan Sultan Muhammad Salahuddin adalah contoh yang harus diikuti dan diperhatikan, bukan hanya oleh generasi saat ini, tetapi juga oleh generasi mendatang. Ia berpendapat bahwa pahlawan sejati adalah mereka yang berani berbuat melampaui batas kemampuan diri mereka. Contohnya, Soekarno, seorang insinyur tehnik, mampu menjadi proklamator dan lokomotif sebuah bangsa, yang merupakan dedikasi yang melebihi kapasitas tekniknya.

Sultan Muhammad Salahuddin memiliki dedikasi yang tak kalah besar dalam berbagai aspek. Dia adalah seorang intelektual yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, dengan koleksi sekitar 38 kitab ilmu agama Islam yang masih tersimpan di Museum Samparaja Bima. Di sana juga terdapat arsip surat-surat penting yang berasal dari masa pemerintahannya.

Sultan Muhammad Salahuddin juga adalah seorang penulis yang prolifik. Di Museum Samparaja, Anda dapat menemukan sejumlah naskah khutbah Jumat yang ditulis oleh Sultan. Salah satunya adalah "Nurul Mubin," yang merupakan hasil suntingan Sultan dari kitab lama pada abad ke-18. Karyanya ini bahkan diterbitkan oleh penerbit Syamsiah Solo pada tahun 1932.

Namun, Sultan Muhammad Salahuddin bukan hanya seorang akademisi, dia juga seorang pemimpin yang visioner. Pada masa pemerintahannya, pergerakan kemerdekaan menjadi dinamis di Bima. Berbagai organisasi perjuangan tumbuh pesat, dan Sultan mendukung serta memfasilitasi berbagai organisasi pergerakan kemerdekaan tersebut.

Sultan juga memberikan otonomi dan memberikan peluang sebesar besarnya, kepada RAKYAT DOMPU UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI BIMA. Sehingga pada September 1947, Tajul Arifin Sirajuddin dinobatkan menjadi Sultan Dompu.

Selain itu, Sultan juga adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan mendirikan Darul Ulum Bima. Selama kepemimpinannya, Sultan mendukung partai politik dan menunjukkan toleransi terhadap umat non-Muslim.

Pendidikan juga menjadi fokus Sultan Muhammad Salahuddin. Selama masa pemerintahannya, ia mendirikan sekitar 60 sekolah yang menjadi cikal bakal Sekolah Rakyat dan Sekolah Dasar di Bima. Selain pendidikan modern, ia mendatangkan guru non-Muslim untuk mengajar ilmu pengetahuan umum, memastikan pembangunan sekolah Islam, dan memberikan dukungan finansial untuk bea siswa pelajar Bima hingga ke Mekkah.

Tidak kalah pentingnya, Sultan Muhammad Salahuddin adalah seorang nasionalis sejati. Dalam maklumat pada tahun 1945, ia menyatakan bahwa Kerajaan Bima berdiri di belakang Republik Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya menjaga amanat proklamasi dalam pidatonya ketika menyambut kunjungan Bung Karno pada tahun 1946.

Terakhir, Sultan Muhammad Salahuddin adalah seorang pelopor pembangunan. Banyak bangunan bersejarah yang dibangun selama masa pemerintahannya yang masih berdiri hingga saat ini, seperti Asi Mbojo, pendopo bupati, kantor wali kota lama di Raba, Masjid Al Muwahiddin, dan banyak fasilitas publik lainnya.

Semua pencapaian besar dalam berbagai aspek ini menunjukkan bahwa Sultan Muhammad Salahuddin adalah tokoh yang luar biasa dan pantas diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Sungguh waktunya bagi Sultan Muhammad Salahuddin untuk mendapatkan penghormatan yang pantas sebagai pahlawan nasional. Dengan mengenal lebih dekat sosok beliau, kita dapat lebih memahami warisan perjuangan yang berharga bagi bangsa Indonesia.

tulisan diatas adalah beberapa informasi yang berhasil saya rangkum dan menjadi beberapa alasan mengapa SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA layak menjadi PAHLAWAN NASIONAL

sekiranya pembaca dapat memberikan komentar positif dan memberikan informasi tambahan mengenai sulthan tersebut.

Jangan lupa beri tanggapan, pendapat atau masukan pada postingan saya yang berjudul

LAYAK KAH SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA MENJADI PAHLAWAN NASIONAL

"SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU"

Senin, 04 April 2022

Menyingkap Kisah Para Ncuhi di Dana Mbojo

Dana Mbojo Mantoi.  





Sebelum Bima memasuki era Kerajaan dan Kesultanan, dahulu kala kelompok masyarakat di berbagai wilayah “Dana Mbojo” atau dikenal dengan Bima di pimpin oleh kepala suku yang di sebut Ncuhi. Dalam pengertiannya Ncuhi adalah asal muasal kehidupan yang berada di Bima “Ncuhi Ade du dou ma dou, ina mpuuna ba weki, ma rimpa di siri wea nggawona, di batu wea lelena”. Artinya Ncuhi asal muasal manusia, ibu dari kita semua, tempat kita semua berlindung, untuk di ikuti petuahnya.

Ncuhi selain sebagai pemimpin kelompok masyarakat juga merupakan “High Priest” atau Pemuka Agama tertinggi di atas Sando (imam dan dukun dalam agama masayarakat Bima dulunya). Seorang Ncuhi di pilih dari seorang yang bijak dan berilmu oleh kelompoknya untuk memimpin mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Bouman, para Ncuhi itu pada hakekatnya adalah para tuan tanah yang berkuasa di wilayahnya masing-masing, yang kemudian dipersatukan oleh Maharaja Sang Bima menjadi satu kerajaan yang bercorak kehinduan. Seperti yang di kutip dalam Kerajaan Tradisional di Indonesia : Bima, 1997.

Dari berbagai wilayah Ncuhi juga mempunyai seorang pimpinan Ncuhi tertinggi yang memegang seluruh wilayah tertentu misalkan Ncuhi Banggapupa yang memegang wilayah Bima bagian Utara, sehingga dari semua Ncuhi yang bermukim di wilayah Utara jika ada masalah yang terjadi maka mereka akan menemui Ncuhi Banggapupa sebagai pemimpin tertinggi untuk melaporkan masalah dari wilayah mereka.

Para Ncuhi adalah para pemimpin yang memegang teguh musyawarah untuk membicarakan berbagai permasalahan dan perkembangan wilayah masing-masing. “Apabila ada persoalan yang perlu disimpulkan bersama, yang ada sangkut pautnya dengan kepentingan daerah bersama pula, maka berkumpulah mereka untuk memusyawarahkannya”, demikian tulis Ahmad Amin dalam Sejarah Bima. Sejarah Pemerintahan dan Serba Serbi Kebudayaan Bima.

Ncuhi juga mempunyai pimpinan tertinggi dari tiap wilayah masing-masing, para Ncuhi tertinggi ini hanya berjumlahkan 5 orang saja, yaitu :

1. Ncuhi Dara bagian Bima tengah.
2. Ncuhi Doro Wuni bagian Bima timur.
3. Ncuhi Banggapupa bagian Bima utara.
4. Ncuhi Parewa bagian Bima selatan.
5. Ncuhi Bolo bagian Bima barat.

Setelah masuknya era Kerajaan, tugas dan wewenang para Ncuhi tetap pada semula di tiap wilayahnya mereka. Seorang Putra Mahkota sebelum di angkat menjadi Raja, mereka terlebih dahulu di gembleng oleh Para Ncuhi tertinggi dan di ajarkan dari masing-masing keahlian yang di kuasai oleh Ncuhi untuk mengenal tanah leluhurnya.

Dalam kepercayaan masyarakat Bima bila para Ncuhi meninggal maka roh sucinya akan menjadi Waro yaitu roh leluhur yang menjaga mereka. Ncuhi sangat di hormati oleh masyarakat karena kewibawaan dan bijak, setelah masuknya Kerajaan, Kesultanan, hingga terbentuknya Indonesia, seorang Ncuhi tetap di angkat dari keturunan para Ncuhi yang sebelumnya. Di tahun 1983 seorang Antropology dari Universitas Of Pennsylvania yang bernama Peter Just saat meneliti tentang Donggo, dia masih bertemu dengan seorang Ncuhi terakhir di Donggo yang bernama La Honte.


SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU



Sejarah Dan Asal-Usul WADU NTANDA RAHI

SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU


Sejarah Dan Asal-Usul WADU NTANDA RAHI 


Mbojo Mantoi.  



Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang kesetiaan seorang istri kepada sang suaminya akhirnya menjadi batu, cerita ini berasal dari Dana Mbojo (Dompu / Bima) ~ Cerita legenda Wadu Ntanda Rahi diyakini banyak terdapat di seluruh pelosok Mbojo. Masyarakat Sanggar meyakini bahwa di sanalah tempat cerita Wadu Ntanda Rahi itu. Namun Inti atau hakikat ceritanya hanyalah satu yaitu tentang kesetiaan seorang istri dalam mengarungi bahtera hidup berumah tangga. Ia menjadi batu karena ingin mengabdikan cinta dan kesetiaannnya kepada sang Suami yang telah merantau dan tenggelam di lautan luas Pada suatu hari seorang istri yang sangat menyayangi sang suami, pergi keatas bukit gunung untuk melihat suaminya yang pergi berlayar… Tapi sebelum dia pergi ke atas bukit banyak orang-orang di tempatnya itu yang melarang dia untuk keatas sana namun dia tidak mendengarka nasehat dari orang-orang itu, malah menjalankan keinginannya itu untuk melihat suaminya walaupun banyak orang yang melarang, dia tidak perduli dengan semua itu………


~ Akhirya dia kesana denga keinginan yang tinggi karena semua ini yang dia lakukan adalah sebagai tanda pengabdian dan kesetiaan terhadap sang suami…. Setelah nyampe di atas bukit gunung dia berdiri dengan lelah, cemas, bahkan melamun sambil memikir dan melihat kearah tempat sang suaminya berlayar … Akhirya seorang istri itu berubah menjadi batu hingga sampai sekarang ini, entah apa kesalahan dan dosa yang dia perbuat sehingga dia bisa berubah menjadi batu … Mulai waktu itulah orang-orang disekitar itu memberi nama kepada batu tadi dengan Wadu Ntanda Rahi ( Batu Memandang Suami)


wadu: batu


ntada: melihat/memandang


rahi: suami


dana: tanah/daerah


mbojo: Bima


Bima adalah salah satu Kabupaten diujung timur Pulau Sumbawa Propnsi Nusa Tenggara Barat.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More