Berita Dan Peristiwa ,Politik Dana Mbojo

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Tak Layak Lagi Dapat Bantuan, Penerima PKH dan BPNT 2024 Tahap 1 Ini Dicoret dari DTKS

Pemerintah mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tahap 1 tahun 2024 menjelang Pemilu

Jumat, 01 Desember 2023

AMBALAWI, BIMA

Ambalawi adalah sebuah Kecamatan di kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kecamatan ini berjarak berjarak sekitar 49 Kilometer dari Ibukota Kabupaten Bima ke arah utara melalui Kota Bima. Pusat pemerintahannya berada di desa Nipa.

Ambalawi
Negara Indonesia
ProvinsiNusa Tenggara Barat
KabupatenBima
Pemerintahan
 • CamatIshaka Hasan, S.H
Populasi
 (2015)[1]
 • Total19.391 jiwa
Kode Kemendagri52.06.10 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS5206071 Edit nilai pada Wikidata
Luas180,65 km²[2]
Desa/kelurahan6 desa

SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bima



Berikut adalah Daftar Kecamatan dan Kelurahan/Desa di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kabupaten Bima terdiri dari 18 kecamatan dan 191 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 524.677 jiwa dengan luas wilayah 3.405,63 km² dan sebaran penduduk 154 jiwa/km².

Dan Berikut Adalah Peta Lokasi Kabupaten Bima Di Nusa Tenggara Barat.


Kode
Kemendagri
KecamatanJumlah
Desa
StatusDaftar
Desa
52.06.10Ambalawi6Desa
52.06.04Belo9Desa
52.06.02Bolo14Desa
52.06.08Donggo9Desa
52.06.06Lambitu6Desa
52.06.12Lambu14Desa
52.06.11Langgudu15Desa
52.06.13Mada Pangga11Desa
52.06.01Monta14Desa
52.06.18Palibelo12Desa
52.06.16Parado5Desa
52.06.09Sanggar6Desa
52.06.06Sape18Desa
52.06.15Soromandi7Desa
52.06.14Tambora7Desa
52.06.05Wawo9Desa
52.06.07Wera14Desa
52.06.03Woha15Desa
TOTAL191

SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

Sejarah Desa Maria WAWO Kabupaten Bima NTB

Desa Maria merupakan salah satu dari 9 Desa yang berada di Dataran Tinggi Kecamatan Wawo  Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat, Dengan Luas Wilayah ±2300 Ha. dengan Jumlah Penduduk 3.771 Jiwa Terdiri dari Laki – Laki Sebanyak 1842 Orang, Perempuan 1.929 Orang dan Memiliki Sebanyak 869 KK Dengan Batas Wilayah Desa  Maria :

–  Sebelah  Utara :  Desa Maria Utara Kecamatan Wawo

–  Sebelah  Selatan :  Desa Pesa Kecamatan Wawo

–  Sebelah  Barat :  Desa Maria Utara Kecamtan Wawo

–  Sebelah  Timur :  Desa Riamau Kecamatan Wawo

Letak  Desa Maria tepat di Jantung Ibu Kota   Kecamatan  Wawo, di Kelilingi  oleh gunung-gunung, Sumber daya  alam tersebut adalah  wujud  potensi  mata  pencaharian penduduk  Desa Maria untuk  bercocok tanam.

Dari penuturan cerita secara turun temurun oleh ahli-ahli sejarah Desa Maria  terpercaya berasal dari Negeri di Pulau Sumatra yaitu Negeri tepatnya dilereng gunung Meriah. Akibat dari pergolakan politik raja – raja disaat itu maka orang Maria terpaksa pindah lagi dengan mencari tempat baru yaitu pulau Sulawesi bagian selatan. Di Sulawesi Selatan mereka memilih sebuah negeri yang disebut dengan Mario ori wawo. Berada di Sulawesi diperkirakan setengah abad lamanya kemudian berpindah ke Pulau Sumbawa bagian timur.

Dipulau Sumbawa mereka mendarat lewat pantai Pai Kecamatan Wera. Di pantai Pai mereka memilih sebuah tempat diujung atas sungai Pai yaitu sungai ”Sori SIGI”. DI Sori Sigi dibangun dua Kampung yaitu Kampung Wosu dan Kampung Ndaru. Sampai saat ini sebagai Sejarah Orang Maria dikampung Wosu dan Ndaru masih ada bekas pecahan piring dan botol serta wadu Sigi-nya dan “Nisa Kapa” di pantai. Kemudian setelah puluhan tahun tinggal dikampung Wosu dan Ndaru, mereka berpindah lagi dengan memilih puncak gunung Maria (Doro Diha) yang akhirnya pindah lagi ke Kampung rasa To’i (sekarang dikenal dengan dusun Kawae Desa Maria Utara). Lebih kurang setengah abad bermukim di Kampung  Rasa To’i maka atas perintah Sultan Bima harus pindah kepinggir jalan raya Lintas Wawo – Sape, maka pada tahun 1925/1926, orang Maria pindah ke Kampung Maria ”OI Wobo” dengan pengalihan kekuasaan Gelarang baru.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Maria pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani yang lebih terarah pada bidang Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dll.



SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

Kamis, 30 November 2023

Mengingat Kembali Sejarah Kesultanan Bima serta Peninggalannya


Kesultanan Bima adalah salah satu kerajaan islam yang saat itu didirikan pada tanggal 6 Februari 1621. Raja Kesultanan Bima yang pertama merupakan raja ke 27 Kerajaan Bima yang bernama Lai Kai. Dalam sejarah Kesultanan Bima, sistem pemerintahannya sempat dipimpin oleh 14 sultan. Terkait asal usul hingga peninggalannya dapat anda simak sebagai berikut.

Asal Mula Berdirinya Kesultanan Bima

Kesultanan Bima terbentuk saat Raja Bima ke 27 yaitu Lai Kai mengubah pemerintahannya menjadi bentuk Kesultanan. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1621 dan berakhir masa pemerintahannya pada tahun 1958. 

Pada awalnya Kerajaan Bima bercorak Hindu yang didirikan pada abad ke 11. Pada saat itu Kerajaan Bima disebut juga sebagai Kerajaan Mbojo.

Kerajaan ini dibentuk oleh Sang Bima. Sesaat setelah terbentuknya kerajaan, Sang Bima pergi ke Kerajaan Medang sehingga ia meminta putranya yang bernama Indra Zamrud untuk memimpin Kerajaan Bima dan Indra Kumala menjadi pemimpin di Dompu. 

Awal Kerajaan Bima berubah menjadi bentuk kesultanan karena ada pengaruh dari para pedagang Kesultanan Demak.

Para pedagang yang singgah menyebarkan agama Islam sehingga sejarah Kesultanan Bima dimulai. Tokoh penyebar Islam di tanah Bima adalah Sultan Alaudin yang datang pada tahun 1619. 

Beliau mengutus para pemuka agama ke wilayah Kesultanan Lawu, Tallo, dan Bone. Lai Kai yang merupakan Raja Bima memeluk Islam pada tahun 1030 hijriyah. 

Lokasi Kesultanan Bima

Kesultanan Bima berpusat di Pulau Bima dan wilayah kekuasaannya meliputi bagian timur Sumbawa, Manggarai, dan beberapa pulau kecil di Selat Alas. Wilayah pemerintahannya berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Samudera Hindia. Lokasinya cukup strategis sebagai jalur perdagangan.

Pada tahun 1938, wilayah Kesultanan Bima sempat mengalami penyempitan akibat adanya perjanjian yang telah dibuat dengan Gubernur Hindia Belanda. 

Wilayah kekuasaan Kesultanan Bima bagian timur hanya sampai Manggarai dan sebelah barat adalah Dompu. Namun pada tahun 1928, Kesultanan Bima memperoleh kekuasaan Kerajaan Sanggar.

Raja dan Masa Kejayaan Kesultanan Bima

Awal mula terbentuknya Kesultanan Bima adalah saat La Kai memeluk Islam sehingga dia dinobatkan sebagai sultan pertama. Sejarah Kesultanan Bima sebenarnya sama seperti kesultanan yang lain karena Kesultanan Bima juga melalui banyak pergantian raja. 

Sultan Ismail menjadi salah satu sultan yang menjabat pada tahun 1819 hingga 1854. Sultan Bima yang terkenal selanjutnya adalah Sultan Abdul Kadim. Beliau menjadi sultan ke 8 Bima. 

Dirinya berkuasa sejak tahun 1765 dan diberlakukan berbagai aturan politik dan kerjasama dengan VOC. Sultan selanjutnya yang sempat memerintah adalah Sultan Abdul Hamdi. Beliau memimpin Kesultanan Bima mulai tahun 1773 M. 

Saat masa pemerintahan Sultan Hamid, seluruh kapal yang berlayar di sekirat Bima memperoleh izin dengan mudah. Sayangnya saat itu perdagangan Kesultanan Bima berada di bawah monopoli VOC. 

Sultan yang terkenal dari Kesultanan Bima adah Sultan Muhammad Salahuddin (1915 M). Beliau merupakan sultan yang dikenal karena membawa banyak perubahan.

Sultan Muhammad Salahuddin banyak mendirikan sekolah Islam, mengubah sistem politik dan pemerintahan. Serta membangun beberapa masjid di setiap desa yang berada di bawah Kesultanan Bima. Tak hanya itu, sistem peradilan juga dipertegas sesuai dengan peradilan Islam. Beliau juga berperang untuk memperjuangkan berdirinya Indonesia.

Peninggalan Kesultanan Bima

1. Istana Asi Mbojo

Dalam sejarah Kesultanan Bima, salah satu bukti peninggalannya adalah Istana Asi Mbojo. Istana ini sebelumnya telah didirikan pada tahun 1888 dan pada tahun 1929 kembali digunakan. Istana Mbojo adalah tempat tinggal para sultan yang memimpin Kesultanan Bima nersama dengan para keluarga dan kerabat kesultanan.

2. Istana Asi Bou

Tak hanya Istana Asi Mbojo, peninggalan Kesultanan Bima yang lainnya adalah Istana Asi Bou. Istana Asi Bou pada zaman dahulu merupakan tempat singgah bagi para sultan beserta keluarganya. Istana Asi Bou tak semegah Istana Asi Mbojo dan bentuknya adalah seperti rumah panggung dan dibangun dengan uang pribadi Sultan Salahuddin.

3. Masjid Sultan Muhammad Salahuddin

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin, masjid ini dibangun kembali. Pada awalnya, masjid ini sudah berdiri sejak pemerintahan Sultan Kadim namun kondisinya telah rusak parah karena memang telah dibangun sejak tahun 1737 M. Inilah yang menyebabkan nama masjid ini adalah Masjid Salahuddin.

4. Masjid Al Muwahiddin

Tah hanya Masjid Sultan Muhammad Salahuddin, terdapat pula sebiah masjid yang sempat menjadi salah satu saksi sejarah Kesultanan Bima. Masjid ini bernama Masjid Al Muwahiddin. 

Masjid ini dibangun pada tahun 1946 sebagai salah satu tempat ibadah dan tempat pembelajaran agama Islam untuk menggantikan Masjid Sultan Muhammad Salahiddin yang waktu itu rusak.

Demikianlah penjelasan terkait dengan kisah Kesultanan Bima. Kerajaan Bima yang awalnya tidak menganut agama Islam akhirnya berubah menjadi bentuk kesultanan setelah La Kai sebagai salah satu sultannya menganut Islam. Hal ini tentu menjadi bukti bahwa penyebaran Islam di Nusantara sangat luas hingga hanya tersebar di wilayah Jawa saja. 



SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More