Berita Dan Peristiwa ,Politik Dana Mbojo

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Tak Layak Lagi Dapat Bantuan, Penerima PKH dan BPNT 2024 Tahap 1 Ini Dicoret dari DTKS

Pemerintah mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tahap 1 tahun 2024 menjelang Pemilu

Senin, 04 April 2022

Menyingkap Kisah Para Ncuhi di Dana Mbojo

Dana Mbojo Mantoi.  





Sebelum Bima memasuki era Kerajaan dan Kesultanan, dahulu kala kelompok masyarakat di berbagai wilayah “Dana Mbojo” atau dikenal dengan Bima di pimpin oleh kepala suku yang di sebut Ncuhi. Dalam pengertiannya Ncuhi adalah asal muasal kehidupan yang berada di Bima “Ncuhi Ade du dou ma dou, ina mpuuna ba weki, ma rimpa di siri wea nggawona, di batu wea lelena”. Artinya Ncuhi asal muasal manusia, ibu dari kita semua, tempat kita semua berlindung, untuk di ikuti petuahnya.

Ncuhi selain sebagai pemimpin kelompok masyarakat juga merupakan “High Priest” atau Pemuka Agama tertinggi di atas Sando (imam dan dukun dalam agama masayarakat Bima dulunya). Seorang Ncuhi di pilih dari seorang yang bijak dan berilmu oleh kelompoknya untuk memimpin mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Bouman, para Ncuhi itu pada hakekatnya adalah para tuan tanah yang berkuasa di wilayahnya masing-masing, yang kemudian dipersatukan oleh Maharaja Sang Bima menjadi satu kerajaan yang bercorak kehinduan. Seperti yang di kutip dalam Kerajaan Tradisional di Indonesia : Bima, 1997.

Dari berbagai wilayah Ncuhi juga mempunyai seorang pimpinan Ncuhi tertinggi yang memegang seluruh wilayah tertentu misalkan Ncuhi Banggapupa yang memegang wilayah Bima bagian Utara, sehingga dari semua Ncuhi yang bermukim di wilayah Utara jika ada masalah yang terjadi maka mereka akan menemui Ncuhi Banggapupa sebagai pemimpin tertinggi untuk melaporkan masalah dari wilayah mereka.

Para Ncuhi adalah para pemimpin yang memegang teguh musyawarah untuk membicarakan berbagai permasalahan dan perkembangan wilayah masing-masing. “Apabila ada persoalan yang perlu disimpulkan bersama, yang ada sangkut pautnya dengan kepentingan daerah bersama pula, maka berkumpulah mereka untuk memusyawarahkannya”, demikian tulis Ahmad Amin dalam Sejarah Bima. Sejarah Pemerintahan dan Serba Serbi Kebudayaan Bima.

Ncuhi juga mempunyai pimpinan tertinggi dari tiap wilayah masing-masing, para Ncuhi tertinggi ini hanya berjumlahkan 5 orang saja, yaitu :

1. Ncuhi Dara bagian Bima tengah.
2. Ncuhi Doro Wuni bagian Bima timur.
3. Ncuhi Banggapupa bagian Bima utara.
4. Ncuhi Parewa bagian Bima selatan.
5. Ncuhi Bolo bagian Bima barat.

Setelah masuknya era Kerajaan, tugas dan wewenang para Ncuhi tetap pada semula di tiap wilayahnya mereka. Seorang Putra Mahkota sebelum di angkat menjadi Raja, mereka terlebih dahulu di gembleng oleh Para Ncuhi tertinggi dan di ajarkan dari masing-masing keahlian yang di kuasai oleh Ncuhi untuk mengenal tanah leluhurnya.

Dalam kepercayaan masyarakat Bima bila para Ncuhi meninggal maka roh sucinya akan menjadi Waro yaitu roh leluhur yang menjaga mereka. Ncuhi sangat di hormati oleh masyarakat karena kewibawaan dan bijak, setelah masuknya Kerajaan, Kesultanan, hingga terbentuknya Indonesia, seorang Ncuhi tetap di angkat dari keturunan para Ncuhi yang sebelumnya. Di tahun 1983 seorang Antropology dari Universitas Of Pennsylvania yang bernama Peter Just saat meneliti tentang Donggo, dia masih bertemu dengan seorang Ncuhi terakhir di Donggo yang bernama La Honte.


SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU



Sejarah Dan Asal-Usul WADU NTANDA RAHI

SALAM NDAI SILA MAJA LABO DAHU NDAI MBOJO RO DOMPU


Sejarah Dan Asal-Usul WADU NTANDA RAHI 


Mbojo Mantoi.  



Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang kesetiaan seorang istri kepada sang suaminya akhirnya menjadi batu, cerita ini berasal dari Dana Mbojo (Dompu / Bima) ~ Cerita legenda Wadu Ntanda Rahi diyakini banyak terdapat di seluruh pelosok Mbojo. Masyarakat Sanggar meyakini bahwa di sanalah tempat cerita Wadu Ntanda Rahi itu. Namun Inti atau hakikat ceritanya hanyalah satu yaitu tentang kesetiaan seorang istri dalam mengarungi bahtera hidup berumah tangga. Ia menjadi batu karena ingin mengabdikan cinta dan kesetiaannnya kepada sang Suami yang telah merantau dan tenggelam di lautan luas Pada suatu hari seorang istri yang sangat menyayangi sang suami, pergi keatas bukit gunung untuk melihat suaminya yang pergi berlayar… Tapi sebelum dia pergi ke atas bukit banyak orang-orang di tempatnya itu yang melarang dia untuk keatas sana namun dia tidak mendengarka nasehat dari orang-orang itu, malah menjalankan keinginannya itu untuk melihat suaminya walaupun banyak orang yang melarang, dia tidak perduli dengan semua itu………


~ Akhirya dia kesana denga keinginan yang tinggi karena semua ini yang dia lakukan adalah sebagai tanda pengabdian dan kesetiaan terhadap sang suami…. Setelah nyampe di atas bukit gunung dia berdiri dengan lelah, cemas, bahkan melamun sambil memikir dan melihat kearah tempat sang suaminya berlayar … Akhirya seorang istri itu berubah menjadi batu hingga sampai sekarang ini, entah apa kesalahan dan dosa yang dia perbuat sehingga dia bisa berubah menjadi batu … Mulai waktu itulah orang-orang disekitar itu memberi nama kepada batu tadi dengan Wadu Ntanda Rahi ( Batu Memandang Suami)


wadu: batu


ntada: melihat/memandang


rahi: suami


dana: tanah/daerah


mbojo: Bima


Bima adalah salah satu Kabupaten diujung timur Pulau Sumbawa Propnsi Nusa Tenggara Barat.

Senin, 09 Agustus 2021

TEMBE ADAT BIMA (SARUNG ADAT BIMA)

TEMBE MUNA
Tenun Ikat Bima pernah dikenakan oleh
Kepala-Kepala Negara pada Pertemuan APEC di
Bali beberapa Tahun Lalu. Termasuk dikenakan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
saat menyampaikan Visi Misinya sebagai Calon
Presiden di hadapan Anggota KADIN pada
Pemilu Pilpres Tahun 2009. Hal ini tentunya
menjadi sebuah kebanggan bahwa daerah kecil
di ujung timur NTB ini memiliki segudang
potensi alam dan budaya yang perlu
dikembangkan.
Secara umum busana atau pakaian adat Bima
hampir sama dengan Sulawesi Selatan. Hal itu
diperkuat dengan ikatan sejarah bahwa Bima
dengan Makasar, Gowa, Bone dan Tallo itu
memiliki hubungan dan ikatan kekeluargaan
serta kekerabatan. Proses pembauran dan
asimilasi budaya itu telah berlangsung lama
dan mempengaruhi juga cara berbusana dan
motif busana yang dikenakan. Meskipun ada
beberapa perbedaan antara busana adat Bima
dengan Sulawesi Selatan.
Warna yang menonjol dalam pakaian adat Bima
antara lain hitam, biru tua, coklat, merah dan
kemerah-merahan serta putih. Untuk pakaian
wanita memakai kain sarung kotak-kotak yang
dikenal dengan sebutan Tembe Lombo.
Disamping pakaian sehari-hari pakaian adat
juga diatur oleh pihak Kesultanan. Yang diatur
oleh Majelis Adat yang disebut KANI SARA.
Prosedur dan Tata Cara pemakaiannya pun
telah diatur dalam ketetapan Hadat.
Menurut Muslimin Hamzah ada empat
golongan pakaian adat sehari-hari masyarakat
Bima. Pertama, pakaian yang digunakan secara
umum sebagai pakaian harian atau pakaian
untuk acara resmi. Kedua, pakaian Dinas Para
Pejabat Kesultanan. Ketiga, Pakaian Pengantin,
baik yang dipakai oleh golongan bangsawan,
golongan menengah, maupun golongan
masyarakat umum termasuk pakaian untuk
khitanan. Keempat, Pakaian Penari.
Dalam kehidupan sehari-hari orang Bima
mempunyai pakaian sendiri. Khusus untuk
wanita meliputi Baju Poro. Baju ini terbuat
dari kain yang agak tipis tetapi tidak tembus
pandang. Umumnya berwarna biru tua, hitam,
coklat tua dan ungu. Bagi gadis-gadis Bima
biasanya memakai warna ungu atau coklat tua.
Para wanita pun memakai aneka perhiasan
seperti gelang, anting dan lain-lain. Namun
terlarang untuk memakai secara berlebihan.
Kaum Pria mempunyai pakaian sehari-hari yang
khas. Yang lazim adalah Sambolo atau Ikat
Kepala. Umumnya bercorak kotak-kotak dan
dihiasi tenunan benang perak/emas. Terkadang
lelaki memakai baju kemeja atau baju lengan
pendek atau jas tutup dengan warna putih atau
hitam atau warna cerah lainnya. Untuk sarung
biasanya memakai sarung pelekat yang dikenal
dengan nama Tembe Kota Bali Mpida yang
bercorak Kotak-kotak atau memaki Tembe
Nggoli yang pemakaiannya agak panjang atau
terjurai pada bagian depannya.
Untuk hiasan kaum pria memakai Salampe,
sejenis dodot yang dililitkan dipinggang.
Biasanya salampe berwarna dasar kuning,
merah, hijau dan putih. Bagi orang dewasa
biasanya menyelipkan pisau pada lilitan
Salampe. Letaknya agak ke kiri pusar,
sedangkan hulunya agak terjurai ke kanan.
Pakaian dan busana adat Bima sangat banyak.
Ini adalah kekayaan dan kearifan masa silam
yang seharusnya dipertahankan dari terpaan
arus globalisasi saat ini. Hanya beberapa saja
yang masih dapat dilihat dan diperagakan
hingga saat ini. Perlu ada upaya serius untuk
melestarikan dengan berbagai kebijakan
Pemerintah Daerah agar pakaian adapt ini tidak
punah ditelan arus zaman. Perlu ad aide kreatif
untuk mempertahankannya misalanya dengan
menggelar Show Busana Adat Bima atau
menetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
pelestarian Pakaian Adat Bima. (Sumber
Ensiklopedia Bima, Muslimin Hamzah)
Category: Budaya Bima | Leave a Comment
Rimpu Author: nhyae Aug 11
1
Budaya Rimpu Mbojo di persimpangan
Jaman
Posted Filed under Blogger Contest
Tak kala saya
masih kecil dan hidup di sebuah pedesaan di
kabupaten bima tepat nya di kecematan BELO
(desa tonggorisa) saya sangat senang sekali
dengan keadaan desa yang begitu damai
tentram dan sejahtera. Hampir setiap hari saya
jarang sekali melihat muka para kaum hawa
(bukannya saya buta) dan tidak ada bagian
tubuhnya yang seksi kelihatan sama sekali ini
semua dikarenakan mereka memakai cadar ala
ninja atau kalau orang BIMA bilang Rimpu
mbojo (sarung yang dipakai persis ninja) dan
saya sangat senang sekali melihat hal ini semua
dan ini sudah menjadi budaya bima karena
kemana-mana mereka selalu memakainya.
Namun setelah saya dan keluarga pindah ke
KOTA BIMA saya pun masih melihat kaum hawa
yang memakai RIMPU.(kalau teman yang belum
tahu bima sedikit saya kasih tahu kalau bima
itu merupaka daerah yang ada di Pulau
sumbawa dan masuk Kedalam Propinsi NTB)
Namun perjalanan Roda Jaman memang terlalu
cepat berputar pengaruh modernisasi dan
trend masa kini telah melanda daerah ku
tercinta (BIMA) ini terlihat dari corak dan
mode yang di pakai kaum hawa saat ini..saya
seperti melihat suatu pemandangan yang luar
biasa berubahnya karena di kota ini kaum
hawa kelihatan seperti manusia yang tidak
memakai baju karena liuk-liuk tubuhnya yang
seksi kelihatan sangat jelas dan tentu saja ini
bisa menimbulkan birahi kaum adam apalgi
bagi si lelaki buaya ini merupakan lahan yang
basah untuk di pelototi. Ini semua adalah
korban dari keganasan jaman yang makin
moderen dan dibarengi dengan si Pelaku yang
tidak mau menyaring serta mengklarifikasi dulu
apa ini baik atau tidak apa ini bertentangan
dengan budaya atau tidak dan lebih dengan
ketentuan agama. Namun ini semua telah
terjadi dan budaya RIMPU tinggalah kenangan
saja karena kaum hawa sekarang ini tidak lagi
begitu mau mengikuti saran dan kata-kata
orang tua kalau dilarang pasti di jawabnya
seperti ini “ini kan jaman moderen kalau pakai
rimpu tidak gaul gitu” (kata ini pernah saya
dengar karena yang bilang masih kerabat jauh
saya!!! Tapi alhamdulillah sekarang walaupun
tidak memakai rimpu dia mengganti dengan
Jilbaber) inilah salah satu contoh yang bisa
menyebabkan budaya itu runtuh karena anak
cucu tidak mau mengikuti saran-saran dari
orang tua atau dewasa..dan lebih kejamnya lagi
karena pengaruh modernisasi bukan saja
melanda kota yang baru saya tempati tapi udah
merembes ke desa yang pernah saya tinggal
dulu dan didesa hanya sebagian kaum hawa aja
yang masih bertahan untuk memakai rimpu
tersebut yaitu hanya ibu-ibu dan nenek-nenek
saja. Melihat dari fenoma ini pengaruh
modernisasi itu bisa masuk lewat:
1.Orang bule yang suka jalan pakai baju dalam
aja
2.Karena kebanyakan nonton sinetron anak
muda atau ABG
3.Karena tidak mau di bilang ketinggalan jaman
4.DLL
Semoga ada para kaum hawa dari daerah saya
yang nyasar ke blog ini dan membaca tulisan
ini dan merenungi kembali akan budaya RIMPU
yang hamper punah ini…

posted from Bloggeroid

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More