Berita Dan Peristiwa ,Politik Dana Mbojo

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Harga Jagung Petani Anjlok, PT CPI Cabang Bima Siap Membeli Jagung Kering KA 15 Harga Rp4.400

Tak Layak Lagi Dapat Bantuan, Penerima PKH dan BPNT 2024 Tahap 1 Ini Dicoret dari DTKS

Pemerintah mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tahap 1 tahun 2024 menjelang Pemilu

Minggu, 04 Agustus 2013

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit...

Kali Ini Saya Akan post Tentang Kelapa Sawit... Selamat Membaca & Moga Agan" pada suka...

Kelapa sawit ( Elaeis) adalah tumbuhan industri
penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar
sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit
terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya
di daerah Aceh , pantai timur Sumatra , Jawa,
dan Sulawesi.
Pemerian botani
African Oil Palm (Elaeis guineensis )
Kelapa sawit berbentuk pohon . Tingginya dapat
mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga terdapat beberapa akar napas
yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun
majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua
dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.
Penampilannya agak mirip dengan tanaman
salak , hanya saja dengan duri yang tidak terlalu
keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti
bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah
umur 12 tahun pelapah yang mengering akan
terlepas sehingga penampilan menjadi mirip
dengan kelapa .
Bunga jantan dan betina terpisah namun
berada pada satu pohon ( monoecious diclin)
dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip
dan panjang sementara bunga betina terlihat
lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera
bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi
benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari
hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam
tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak
dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak
bertambah sesuai kematangan buah. Setelah
melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan
buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna
kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji )
merupakan endosperma dan embrio dengan
kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara
generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah
menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
Syarat hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar.
Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh
sempurna di ketinggian 0-500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80-90%.
Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan
stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah
yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak
kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan
tahunan memengaruhi perilaku pembungaan
dan produksi buah sawit.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari
dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis
pertama yang terluas dibudidayakan orang.
dari kedua species kelapa sawit ini memiliki
keunggulan masing-masing. E. guineensis
memiliki produksi yang sangat tinggi dan E.
oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah.
banyak orang sedang menyilangkan kedua
species ini untuk mendapatkan species yang
tinggi produksi dan gampang dipanen. E.
oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula
untuk menambah keanekaragaman sumber
daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit
berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri
dari
Dura ,
Pisifera , dan
Tenera .
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki
cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun
biasanya tandan buahnya besar-besar dan
kandungan minyak per tandannya berkisar 18%
. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang,
sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang
menghasilkan minyak ekonomis dan bunga
betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan
antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini
dianggap bibit unggul sebab melengkapi
kekurangan masing-masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis namun bunga betinanya
tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki
persentase daging per buahnya mencapai 90%
dan kandungan minyak per tandannya dapat
mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan
teknik kultur jaringan.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku
minyak makan, margarin, sabun, kosmetika ,
industri baja, kawat, radio, kulit dan industri
farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk
begitu beragam peruntukannya karena
keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan
oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu
melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh
bahan pelarut lainnya, mempunyai daya
melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan
iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]
Bagian yang paling populer untuk diolah dari
kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang
diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan
berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak
nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol , dan memiliki kandungan
karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah
menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak
alkohol dan industri kosmetika . Bunga dan
buahnya berupa tandan, bercabang banyak.
Buahnya kecil, bila masak berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan
kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya
itu digunakan sebagai bahan minyak goreng ,
sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk
makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil
inti sawit itu digunakan sebagai salah satu
bahan pembuatan makanan ayam.
Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar
dan arang .
Buah diproses dengan membuat lunak bagian
daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging
yang telah melunak dipaksa untuk berpisah
dengan bagian inti dan cangkang dengan
pressing pada mesin silinder berlubang. Daging
inti dan cangkang dipisahkan dengan
pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu
dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa
cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial
menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Sejarah perkebunan kelapa sawit
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya
Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di
tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli,
Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat
yang bersamaan meningkatlah permintaan
minyak nabati akibat Revolusi Industri
pertengahan abad ke-19 . Dari sini kemudian
muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit
berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan
Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai
diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda
adalah Adrien Hallet, seorang Belgia , yang lalu
diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera
(Deli) dan Aceh . Luas areal perkebunan
mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan
penangkaran kemudian didirikan di Marihat
(terkenal sebagai AVROS ), Sumatera Utara dan
di Rantau Panjang, Kuala Selangor , Malaya
pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan
pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih
dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat
sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran
baru dimulai tahun 1910.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia
Belanda merupakan pemasok utama minyak
sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang,
produksi merosot hingga tinggal seperlima dari
angka tahun 1940. [2]
Usaha peningkatan pada masa Republik
dilakukan dengan program Bumil (buruh-
militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil,
dan pemasok utama kemudian diambil alih
Malaya (lalu Malaysia ).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal
penanaman digalakkan, dipadukan dengan
sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal
perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat
meningkatnya harga minyak bumi sehingga
peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di
Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih
hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan
merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara
yang berasal dari Afrika .
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Hama dan penyakit
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan
hasil produksi pada tanaman kelapa sawit
diantaranya hama dan penyakit. Serangan hama
utama ulat pemakan daun kelapa sawit, yakni
ulat api (Lepidoptera: Limacodidae) dan ulat
kantung (Lepidoptera: Psychidae). [3] Potensi
kehilangan hasil yang disebabkan kedua hama
ini dapat mencapai 35%. [4] Jenis ulat api yang
paling banyak ditemukan di lapangan adalah
Setothosea asigna, Setora nitens , Darna trima,
Darna diducta dan Darna bradleyi. [5] Selain
hama, penyakit juga menimbulkan masalah
pada pertanaman kelapa sawit. Penyakit busuk
pangkal batang yang disebabkan oleh infeksi
cendawan Ganoderma boninense merupakan
penyakit penting yang menyerang kebun-kebun
kelapa sawit. Cendawan G. boninense
merupakan patogen tular tanah yang
merupakan parasitik fakultatif dengan kisaran
inang yang luas dan mempunyai kemampuan
saprofitik yang tinggi. [6]
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Manfaat minyak sawit
Selain manfaat utama minyak sawit sebagai
minyak makan, minyak sawit juga dapat
digunakan sebagai pengganti lemak susu dalam
pembuatan susu kental manis dan tepung susu
skim [7]
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Catatan kaki
1. ^ http://74.125.39.104/search?
q=cache:Py9coGHF9IQJ:fitagri.com/
kelapa_sawit/kelapa_sawit_main.html
+kelapa+sawit
+tenera&hl=de&ct=clnk&cd=13&gl=de&
lr=lang_id&client=firefox-a
2. ^ http://elearning.unej.ac.id/courses/
PNU1705/document/babIklpswt.doc?
cidReq=PNU1705
3. ^ Pengamatan Kelimpahan Ulat Api
(Limacodidae) dan Ulat Kantung
(Psychidae) serta Predator Pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Cikidang Plantation
Estate di Bawah Naungan Karet
4. ^ Ulat api (Limacodidae) dan ulat kantung
(Psychidae) serta musuh alami pada
pertanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis jacq.) PTPN VIII, Cimulang
5. ^ Kelimpahan Populasi Ulat Api
(Lepidoptera: Limacodidae) dan Ulat
Kantung (Lepidoptera: Psychidae) serta
Predator pada Perkebunan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang
Plantation Estate, Sukabumi
6. ^ Pengembangan Teknik Inokulasi Buatan
Ganoderma boninense Pat. Pada Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
7. ^ [1] [penggunaan mnyak kelapa sawit
seabgai pengganti lemak susu]...

Cukup Sampai disini Post Dari Saya... Soalx Capek Jga... ehehehe..

Ya Udagh Wassalam ..

IphuL

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit...

Kali Ini Saya Akan post Tentang Kelapa Sawit... Selamat Membaca & Moga Agan" pada suka...

Kelapa sawit ( Elaeis) adalah tumbuhan industri
penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar
sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit
terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya
di daerah Aceh , pantai timur Sumatra , Jawa,
dan Sulawesi.
Pemerian botani
African Oil Palm (Elaeis guineensis )
Kelapa sawit berbentuk pohon . Tingginya dapat
mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga terdapat beberapa akar napas
yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun
majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua
dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.
Penampilannya agak mirip dengan tanaman
salak , hanya saja dengan duri yang tidak terlalu
keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti
bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah
umur 12 tahun pelapah yang mengering akan
terlepas sehingga penampilan menjadi mirip
dengan kelapa .
Bunga jantan dan betina terpisah namun
berada pada satu pohon ( monoecious diclin)
dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip
dan panjang sementara bunga betina terlihat
lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera
bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi
benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari
hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam
tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak
dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak
bertambah sesuai kematangan buah. Setelah
melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan
buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna
kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji )
merupakan endosperma dan embrio dengan
kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara
generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah
menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
Syarat hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar.
Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh
sempurna di ketinggian 0-500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80-90%.
Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan
stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah
yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak
kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan
tahunan memengaruhi perilaku pembungaan
dan produksi buah sawit.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari
dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis
pertama yang terluas dibudidayakan orang.
dari kedua species kelapa sawit ini memiliki
keunggulan masing-masing. E. guineensis
memiliki produksi yang sangat tinggi dan E.
oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah.
banyak orang sedang menyilangkan kedua
species ini untuk mendapatkan species yang
tinggi produksi dan gampang dipanen. E.
oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula
untuk menambah keanekaragaman sumber
daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit
berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri
dari
Dura ,
Pisifera , dan
Tenera .
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki
cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun
biasanya tandan buahnya besar-besar dan
kandungan minyak per tandannya berkisar 18%
. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang,
sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang
menghasilkan minyak ekonomis dan bunga
betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan
antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini
dianggap bibit unggul sebab melengkapi
kekurangan masing-masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis namun bunga betinanya
tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki
persentase daging per buahnya mencapai 90%
dan kandungan minyak per tandannya dapat
mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan
teknik kultur jaringan.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku
minyak makan, margarin, sabun, kosmetika ,
industri baja, kawat, radio, kulit dan industri
farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk
begitu beragam peruntukannya karena
keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan
oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu
melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh
bahan pelarut lainnya, mempunyai daya
melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan
iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]
Bagian yang paling populer untuk diolah dari
kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang
diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan
berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak
nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol , dan memiliki kandungan
karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah
menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak
alkohol dan industri kosmetika . Bunga dan
buahnya berupa tandan, bercabang banyak.
Buahnya kecil, bila masak berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan
kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya
itu digunakan sebagai bahan minyak goreng ,
sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk
makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil
inti sawit itu digunakan sebagai salah satu
bahan pembuatan makanan ayam.
Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar
dan arang .
Buah diproses dengan membuat lunak bagian
daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging
yang telah melunak dipaksa untuk berpisah
dengan bagian inti dan cangkang dengan
pressing pada mesin silinder berlubang. Daging
inti dan cangkang dipisahkan dengan
pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu
dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa
cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial
menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Sejarah perkebunan kelapa sawit
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya
Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di
tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli,
Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat
yang bersamaan meningkatlah permintaan
minyak nabati akibat Revolusi Industri
pertengahan abad ke-19 . Dari sini kemudian
muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit
berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan
Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai
diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda
adalah Adrien Hallet, seorang Belgia , yang lalu
diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera
(Deli) dan Aceh . Luas areal perkebunan
mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan
penangkaran kemudian didirikan di Marihat
(terkenal sebagai AVROS ), Sumatera Utara dan
di Rantau Panjang, Kuala Selangor , Malaya
pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan
pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih
dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat
sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran
baru dimulai tahun 1910.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia
Belanda merupakan pemasok utama minyak
sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang,
produksi merosot hingga tinggal seperlima dari
angka tahun 1940. [2]
Usaha peningkatan pada masa Republik
dilakukan dengan program Bumil (buruh-
militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil,
dan pemasok utama kemudian diambil alih
Malaya (lalu Malaysia ).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal
penanaman digalakkan, dipadukan dengan
sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal
perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat
meningkatnya harga minyak bumi sehingga
peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di
Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih
hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan
merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara
yang berasal dari Afrika .
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Hama dan penyakit
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan
hasil produksi pada tanaman kelapa sawit
diantaranya hama dan penyakit. Serangan hama
utama ulat pemakan daun kelapa sawit, yakni
ulat api (Lepidoptera: Limacodidae) dan ulat
kantung (Lepidoptera: Psychidae). [3] Potensi
kehilangan hasil yang disebabkan kedua hama
ini dapat mencapai 35%. [4] Jenis ulat api yang
paling banyak ditemukan di lapangan adalah
Setothosea asigna, Setora nitens , Darna trima,
Darna diducta dan Darna bradleyi. [5] Selain
hama, penyakit juga menimbulkan masalah
pada pertanaman kelapa sawit. Penyakit busuk
pangkal batang yang disebabkan oleh infeksi
cendawan Ganoderma boninense merupakan
penyakit penting yang menyerang kebun-kebun
kelapa sawit. Cendawan G. boninense
merupakan patogen tular tanah yang
merupakan parasitik fakultatif dengan kisaran
inang yang luas dan mempunyai kemampuan
saprofitik yang tinggi. [6]
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Manfaat minyak sawit
Selain manfaat utama minyak sawit sebagai
minyak makan, minyak sawit juga dapat
digunakan sebagai pengganti lemak susu dalam
pembuatan susu kental manis dan tepung susu
skim [7]
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Catatan kaki
1. ^ http://74.125.39.104/search?
q=cache:Py9coGHF9IQJ:fitagri.com/
kelapa_sawit/kelapa_sawit_main.html
+kelapa+sawit
+tenera&hl=de&ct=clnk&cd=13&gl=de&
lr=lang_id&client=firefox-a
2. ^ http://elearning.unej.ac.id/courses/
PNU1705/document/babIklpswt.doc?
cidReq=PNU1705
3. ^ Pengamatan Kelimpahan Ulat Api
(Limacodidae) dan Ulat Kantung
(Psychidae) serta Predator Pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Cikidang Plantation
Estate di Bawah Naungan Karet
4. ^ Ulat api (Limacodidae) dan ulat kantung
(Psychidae) serta musuh alami pada
pertanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis jacq.) PTPN VIII, Cimulang
5. ^ Kelimpahan Populasi Ulat Api
(Lepidoptera: Limacodidae) dan Ulat
Kantung (Lepidoptera: Psychidae) serta
Predator pada Perkebunan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang
Plantation Estate, Sukabumi
6. ^ Pengembangan Teknik Inokulasi Buatan
Ganoderma boninense Pat. Pada Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
7. ^ [1] [penggunaan mnyak kelapa sawit
seabgai pengganti lemak susu]...

Cukup Sampai disini Post Dari Saya... Soalx Capek Jga... ehehehe..

Ya Udagh Wassalam ..

IphuL

Jumat, 26 Juli 2013

SEJARAH KOTA BIMA

SejaRah Kota Bima

Bima atau yang disebut juga dengan Dana
Mbojo telah mengalami perjalanan panjang dan
jauh mengakar ke dalam Sejarah. Menurut
Legenda sebagaimana termaktub dalam Kitab
BO (Naskah Kuno Kerajaan dan Kesultanan
Bima), kedatangan salah seorang musafir dan
bangsawan Jawa bergelar Sang Bima di Pulau
Satonda merupakan cikal bakal keturunan Raja-
Raja Bima dan menjadi permulaan masa
pembabakan Zaman pra sejarah di tanah ini.
Pada masa itu, wilayah Bima terbagi dalam
kekuasaan pimpinan wilayah yang disebut
Ncuhi. Nama para Ncuhi terilhami dari nama
wilayah atau gugusan pegunungan yang
dikuasainya.
Ada lima orang ncuhi yang tergabung dalam
sebuah Federasi Ncuhi yaitu, Ncuhi Dara yang
menguasai wilayah Bima bagian tengah atau di
pusat Pemerintah. Ncuhi Parewa menguasai
wilayah Bima bagian selatan, Ncuhi Padolo
menguasai wilayah Bima bagian Barat, Ncuhi
Banggapupa menguasai wilayah Bima bagian
Timur, dan Ncuhi Dorowuni menguasai wilayah
Utara. Federasi tersebut sepakat mengangkat
Sang Bima sebagai pemimpin. Secara De Jure,
Sang Bima menerima pengangkatan tersebut,
tetapi secara de Facto ia menyerahkan kembali
kekuasaannya kepada Ncuhi Dara untuk
memerintah atas namanya.
Pada perkembangan selanjutnya, putera Sang
Bima yang bernama Indra Zambrut dan Indra
Komala datang ke tanah Bima. Indra Zamrutlah
yang menjadi Raja Bima pertama. Sejak saat itu
Bima memasuki Zaman kerajaan. Pada
perkembangan selanjutnya menjadi sebuah
kerajaan besar yang sangat berpengaruh dalam
percaturan sejarah dan budaya Nusantara.
Secara turun temurun memerintah sebanyak
16 orang raja hingga akhir abad 16.
Fajar islam bersinar terang di seluruh Persada
Nusantara antara abad 16 hingga 17 Masehi.
Pengaruhnya sagat luas hingga mencakar tanah
Bima. Tanggal 5 Juli 1640 Masehi menjadi saksi
dan tonggak sejarah peralihan sistem
pemerintahan dari kerajaan kepada kesultanan.
Ditandai dengan dinobatkannya Putera
Mahkota La Ka’i yang bergelar Rumata Ma Bata
Wadu menjadi Sultan Pertama dan berganti
nama menjadi Sultan Abdul Kahir (kuburannya
di bukit Dana Taraha sekarang). Sejak saat itu
Bima memasuki peradaban kesultanan dan
memerintah pula 15 orang sultan secara turun
menurun hingga tahun 1951.
Masa kesultanan berlangsung lebih dari tiga
abad lamanya. Sebagaimana ombak dilautan,
kadang pasang dan kadang pula surut. Masa-
masa kesultanan mengalami pasang dan surut
disebabkan pengaruh imperialisme dan
kolonialisme yang ada di Bumi Nusantara. Pada
tahun 1951 tepat setelah wafatnya sultan ke-14
yaitu sultan Muhammad Salahudin, Bima
memasuki Zaman kemerdekaan dan status
Kesultanan Bima pun berganti dengan
pembentukan Daerah Swapraja dan swatantra
yang selanjutnya berubah menjadi daerah
Kabupaten.
Pada tahun 2002 wajah Bima kembali di
mekarkan sesuai amanat Undang-undang
Nomor 13 tahun 2002 melaui pembentukan
wilayah Kota Bima. Hingga sekarang daerah
yang terhampar di ujung timur pulau sumbawa
ini terbagi dalam dua wilayah administrasi dan
politik yaitu Pemerintah kota Bima dan
Kabupaten Bima. Kota Bima saat ini telah
memliki 5 kecamatan dan 38 kelurahan.
Sebagai sebuah daerah yang baru terbentuk,
Kota Bima memiliki karakteristik
perkembangan wilayah yaitu: pembangunan
infrastruktur yang cepat, perkembangan sosial
budaya yang dinamis, dan pertumbuhan jumlah
penduduk yang tinggi.
Sudah 10 tahun ini Kota Bima dipimpin oleh
seorang Walikota dengan peradaban Budaya
Dou Mbojo yang sudah mengakar sejak jaman
kerajaan hingga sekarang masih dapat terlihat
dalam kehidupan masyarakat Kota Bima dalam
kesehariannya. Baik sosial, Budaya dan Seni
tradisional yang melekat pada kegiatan
Upacara Adat, Prosesi Pernikahan, Khataman
Qur”an, Khitanan dan lain-lain serta bukti-
bukti sejarah Kerajaan dan Kesultanan masih
juga dapat dilihat sebagai Situs, Kepurbakalaan
dan bahkan menjadi Objek Daya Tarik Wisata
yang ada di Kota Bima dan menjadi objek
kunjungan bagi wisatawan lokal, nusantara
bahkan mancanegara.
Sumber daya alam Kota Bima juga memiliki
daya tarik tersendiri sebagai Obyek Daya Tarik
Wisata karena letak Kota Bima berada di bibir
Teluk yang sangat indah yang menawarkan
berbagai atraksi wisata laut dan pantai seperti;
berenang, berperahu, memancing, bersantai,
melihat kehidupan masyarakat nelayan serta
menikmati makanan khas desa tradisional
nelayan. Disisi lain alam dan hutan serta
hamparan sawah yang luas juga dapat dilihat di
Kota Bima.
Suku asli masyarakat Kota Bima adalah suku
Bima atau dikenal dalam bahasa lokal nya “Dou
Mbojo” dengan mayoritas beragama islam
dengan mata pencaharian nya Bertani,
Bertenak, Melaut dan sebagian Pegawai Negeri
Sipil. Salah satu ke-unikan Kota Bima adalah
sebagian dari masyarakat nya juga berasal dari
berbagai suku dan etnik di indonesia seperti;
Jawa, Sunda, Timor, Flores, Bugis, Bajo,
Madura, Sasak (Lombok), Bali, Minang dan
Batak sehingga memberi warna tersendiri
didalam keseharian mereka di Kota Bima (suku-
suku ini selalu memeriahkan upacara dan
pawai pada hari-hari besar di Kota Bima)
dengan hidup berdampingan secara rukun dan
damai serta suasana kondusif

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More