MENGENAL SUKU DONGGO DI BIMA NUSA TENGGARA BARAT
Donggo adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Donggo merupakan salah satu suku besar yang berada di Dana Mbojo (Tanah Bima). Suku Donggo terletak di sekitar lereng gunung yang berada di antara Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, dilihat dari letak geografisnya yang berada di lereng gunung membuat pesona desa-desa yang berada di Kecamatan Donggo semakin terlihat.
Apalagi ketika kita berada di puncak gunung Donggo yang dikenal dengan (Donggo Mbuha). Banyak sekali pemuda-pemuda Donggo juga pemuda luar yang datang hanya untuk menikmati keindahan diatas puncak Donggo. Dan dari situlah kita dapat melihat seluruh hamparan Kota Bima juga sebagian besar kabupaten Dompu dengan pesona alam yang menakjubkan.
Berdasarkan sejarah, suku Donggo merupakan suku asli dari masyarakat Bima yang menempati lereng Gunung Barat dan Timur sebelum datangnya orang-orang luar yang ikut bermukim di Bima. Yaitu yang di sebut dengan Dou Donggo Ele (Masyarakat Donggo bagian Timur) yang sekarang menjadi Desa Lambitu yang berada di bagian Timur kabupaten Bima yang sebagiannya juga bertempat di Kota Bima. Dan Dou Donggo Di (Donggo bagian barat) yang sekarang menjadi masyarakat Donggo atau yang berada di kecamatan Donggo itu sendiri.
La Hila adalah nama Putri cantik anak dari raja Donggo dahulu kala, La Hila mempunyai rambut sepanjang 7 buah bambu dan paras cantiknya sangat menggoda para Raja yang melihatnya, kejadian yang melegenda dari La Hila yaitu dia dikubur hidup-hidup karena dia tidak ingin menerima lamaran dari salah satu Raja Bima, setelah kuburannya di buka ternyata jasad La Hila telah hilang, hingga sekarang masyarakat Donggo mempercayai bahwa La Hila sering menampakkan diri dengan wujud wanita cantik.
Di Donggo masyarakatnya masih menjada adat istiadat leluhurnya sehingga masih terdapat rumah yang dulunya bertempat tinggal kepala suku atau di sebut Ncuhi Donggo yang terdapat di Donggo Mbawa, ada dua agama yang dianut oleh masyarakat Donggo yaitu Kristen Katolik dan Islam, penganut agama Katolik di Donggo yang uniknya yaitu mereka memakai nama Islam akan tetapi agamanya Katolik.
Ada cerita rakyat yang menarik lagi di Donggo yaitu dahulu kala sebelum terbentuknya kerajaan Bima, Raja dari Pulau Jawa yang dulu pernah berjanji akan mengirim anaknya untuk memimpin tanah Mbojo (sebutan tanah Bima dahulu kala), sang Raja mengirim kedua anaknya ke Bima dengan sebatang bambu, kemudian di pinggir pantai Donggo hiduplah sepasang suami istri yang sudah tua renta dan belum mempunyai anak, tiap malamnya mereka berdua mendengarkan bunyi gendang yang sangat besar, dan mereka berdua pun memeriksa dari mana asal suara gendang tersebut tetapi mereka tidak menemukan sumber suara tersebut.
Ke esokkan harinya Ompu (panggilan sang suami) pergi kepinggir laut untuk mencari kayu bakar, dan dia menemukan sebatang Bambu kemudian Ompu mengambilnya membawa pulang kerumahnya, malam harinya suara gendang tersebut masih ada Ompu beserta istrinya sangat penasaran dari mana suara gendang tersebut. Pagi harinya Ompu akan membelah kayu yang dia kumpulkan dengan sebuah kapak, kemudian pas Ompu ingin memotong Bambu yang dia temukan di pinggir pantai, mengeluarkan suara yang melarang memotong bambu tersebut dan keluarlah dua pangeran bersaudara dari Bambu tersebut yang merupakan anak dari Raja Pulau Jawa yang datang untuk memimpin Bima seperti yang dijanjikan. Kemudian salah satu saudara tertua dari kedua bersaudara itu menjadi Raja Bima yang bernama Indra Zambrud yang menjadi asal usul Raja-raja Bima.
0 comments:
Posting Komentar